Jakarta, NU Online
Berdoa dan berzikir merupakan bentuk komitmen keagamaan seseorang yang menjadi unsur penyembuh penyakit atau sebagai psikoterapeutik yang mendalam, kata Prof Dr Dadang Hawari.
"Doa dan zikir juga merupakan terapi psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme untuk penyembuhan penyakit," kata guru besar FKUI itu di Jakarta, Jumat.
<>Pada Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa (KNKJ) II itu, Dadang Hawari mengatakan, rasa percaya diri dan optimisme merupakan dua hal yang penting bagi penyembuhan penyakit di samping obat dan tindakan medis. Menurut psikiater itu, dalam agama khususnya Islam bahwa umat yang sakit dianjurkan berobat kepada ahlinya (terapi medis) disertai berdoa dan berzikir. Karena itu, terapi medik saja tanpa diikuti berdoa dan berzikir, tidaklah lengkap, sebaliknya berdoa dan berzikir saja tanpa upaya medis tidaklah efektif.
Dadang mengutip hasil penelitian ilmuwan Amerika Serikat (AS) Christy (1998) dan Synderman (1996) menyimpulkan, doa dan zikir merupakan obat bagi penderita penyakit selain pemberian obat-obatan dalam arti medik. Dengan demikian, dapat disimpulkan pengobatan kepada penderita mengandung dua arti yaitu "prayer" (berdoa dan berzikir) dan "drugs" (obat dalam arti medis).
Dia menambahkan, pentingnya agama dalam kesehatan termasuk kesehatan jiwa dapat dilihat dari batasan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) bahwa aspek agama sebagai unsur kesehatan seutuhnya. "Batasan sehat seseorang sesuai WHO (1984) meliputi empat aspek, yakni sehat dari aspek fisik, mental, sosial dan sehat dari aspek agama," demikian Prof Dr H Dadang Hawari.(mkf)