Padang, NU Online
Djaib Pelalo (67), laki-laki asal Curup, Kabupaten Rejong Lebong, Bengkulu, calon jemaah haji (calhaj) yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) VII Embarkasi Padang, mengaku 17 tahun menabung uang dari hasil kebun kopinya untuk menunaikan ibadah haji ke Mekkah.
"Keinginan pergi melaksanakan rukun Islam ke lima ini sudah lama, sehingga lebih mendorong saya menyimpan uang sedikit demi sedikit sejak tahun 1983. Alhamdulillah, ternyata Allah SWT mengabulkannya pada musim haji 2007-2008," kata Djaib Pelalo di Asrama Haji Perupuk Tabing Padang, Jumat.
<>Uang yang ditabung berasal dari hasil berkebun kopi robusta dan berdagang cabai ke pasar-pasar tradisional di kabupatennya. "Saya baru bisa menyisihkan uang untuk ongkos naik haji setelah semua anak saya menyelesaikan sekolahnya," katanya.
Dia mengaku mempunyai enam orang anak, dua perempuan dan empat laki-laki, semunya kini sudah pada berkeluarga. Pria yang tampak sehat itu mengaku mulai konsentrasi mengumpulkan uang untuk ongkos pergi haji sejak pertengahan 1983.
Rata-rata tiap bulan dia menabung Rp300 ribu sampai Rp500 ribu di Bank BRI. "Selama 17 tahun itu, saya bisa mengumpulkan uang sekitar Rp40 juta, pada 2006 langsung mendaftar naik haji," katanya.
Djaib berangkat haji hanya sendiri karena istrinya sudah sejak 1984 meninggal dunia. "Kebun kopipun sudah saya bagi-bagi untuk anak-anak," katanya.
Kini untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kata Djaib, dia mengandalkan pendapatan hasil dari berdagang cabai. Walau berangkat sendirian naik haji di usia senja, namun Djaib masih tampak tegap dan penuh semangat. Dia mengaku tidak ada riwayat penyakit yang dideritanya selama ini.
"Hingga menjelang keberangkatan kondisi fisik saya Alhamdullilah sehat-sehat saja," katanya sambil menghisap sebatang rokok.
Dengan wajah gembira, Djaib mengatakan, dari kampung halaman dirinya diantar anak dan cucunya ke Asrama Embarkasi Padang. (ant/bgd)