Warta

Dililit Lintah Darat Dunia, Pemimpin Nasional Harus Miliki Moral Agama

Rabu, 16 Juli 2003 | 11:06 WIB

Jakarta, NU Online
K.H. Hasyim Muzadi mengingatkan, pemimpin nasional harus memiliki moral agama dan kebangsaan yang merupakan dasar dari moral politik, apalagi dalam kondisi bangsa Indonesia masih dililit lintah darat dunia, seperti IMF.

"Tanpa moral agama dan moral kebangsaan ataupun moral politik, hasil perjuangan atau usahanya tidak akan berkah," ujarnya saat silaturrahmi akbar dan pelantikan Pengurus Wilayah NU Kalimantan Selatan periode 2003 - 2008 di Gedung Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Rabu.

<>

Menurut dia, moral politik akan bisa menjadi ibadah politik manakala didasari keikhlasan, bukan karena nafsu yang hanya menimbulkan keserakahan serta ketidaktenteraman dan ketenangan rakyat yang dipimpinnya.

"Oleh karena itu cerai berainya rakyat dan ketidaktaatan rakyat merupakan gejala hilangnya keikhlasan sang pemimpin tersebut. Karenanya pula seorang pemimpin harus berkata benar agar ditaati rakyat," tandasnya seraya menambahkan, kalau pemimpin tak benar jarang orang mau mendengar, apalagi untuk menaatinya.

Terhadap persoalan tersebut, terlebih lagi menyangkut moral agama dan moral kebangsaan, NU dengan seluruh keluarga besar nahdiyin serta nahdiyat juga merasa terpanggil dan turut bertanggung jawab untuk meluruskan ke jalan yang benar.

Dalam keikutsertaan bertanggung jawab terhadap moral agama dan kebangsaan tersebut, para ulama khususnya yang tergabung dalam Jamiyah NU, tidak boleh berangin-angin.

"Tetapi ulama jangan selalu keluar mencari angin, karena bisa ’masuk angin’ sebab hanya ulama yang tak keluar itulah sebenarnya ulama yang ’sakti’ asalkan walaupun berada di dalam tetap peduli dan memberi fatwa yang benar," pesannya sambil kelakar.

Menyinggung kondisi negara dan bangsa Indonesia, dia menilai tampaknya masih memprihatinkan, baik dari aspek ekonomi maupun lainnya.

Sebagai contoh dari aspek ekonomi, lanjutnya, puluhan juta rakyat Indonesia sekarang masih miskin, padahal berada dalam negara yang tergolong kaya, karena hampir semua sumber daya alam di dunia terdapat di "negeri zambrut khatulistiwa" ini.

"Kondisi perekonomian Indonesia sekarang sedang dililit lintah darat dunia, seperti IMF dan baru akan bisa keluar manakala SDA yang tersimpan dapat dimunculkan dan digali semua, bukan ngebornya Inul," tambahnya sambil berseloroh serta mencontohkan negeri-negeri Timur Tengah aktif mengebor minyak buminya untuk kemakmuran rakyat.

Namun insya Allah di Indonesia kelak akan muncul pemimpin yang benar-benar bermoral agama dan kebangsaan untuk membawa kebangkitan rakyatnya pada kemakmuran material dan spiritual sesuai tuntutan agama Islam, demikian Hasyim Muzadi.

Memberikan sambutan singkat, Wakil Gubernur Kalsel, Haji Husin Kasah yang pada pokoknya mengharapkan program yang dibuat saat Konperensi Wilayah (Konperwil) di Kotabaru Maret lalu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Sebelumnya Ketua Tanfiziah Pengurus Wilayah NU Kalsel, Drs.H.Rusdiansyah, SH, dalam sambutannya antara lain menyatakan tekad membawa organisasinya kepada kebangkitan dan kemajuan dengan bermodalkan ikhlas, kerja keras serta penuh tawakal kepada Allah SWT.

Kalau pada masa lalu NU dianggap tertidur, maka kali ini merupakan ’starting point’ untuk membangun dan membangkitkan kembali serta membesarkan NU, semoga nantinya termasuk apa yang disabdakan Rasulullah Muhammad SAW, ’man kana yaumuhu khairum min amsyihi fahuaw rabihun’, tandasnya.

Pengurus Wilayah NU Kalsel periode 2003 - 2008 hasil Konperwil tersebut selain berhasil memilih Ketua Tanfiziah, juga  menetapkan Rois Syuriah, K.H.Hamdan Chalid, Lc, dengan dilengkapi Mustasar, Katib dan A’wam.

Usai pelantikan Pengurus Wilayah NU Kalsel periode 2003 - 2008, Ketua Umum PB NU melakukan dialog dengan keluarga besar nahdiyin dan nadiyat di propinsi tersebut, berlangsung di Hotel Istana Barito.

Ketua Umum PB NU yang disertai Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Anshor, H. Syaifullah Yusuf dan rombongan itu, sebelum kembali ke Jakarta, Rabu sore, dijadwalkan bertemu K.H.Zaini Abdul Ghani, ulama kharismatik di Kalsel yang tinggal di Sakumpul, Martapura (40 Km dari Banjarmasin).(ant/mkf)

 


Terkait