Warta

Cermat Bedakan Pesantren NU dan non-NU

Sabtu, 25 Juli 2009 | 06:55 WIB

Jakarta, NU Online
Pesantren selama ini dikenal sebagai lembaga pendidikan yang banyak berafiliasi dengan NU. Para pengasuhnya banyak yang menjadi pengurus NU dari pusat sampai daerah, tetapi dengan berkembangnya aliran-aliran baru yang mendirikan pesantren, warga NU patut mengetahui cirri-ciri pesantren NU dan non-NU.

Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj menjelaskan, diantara sebagian ciri pesantren NU adalah memiliki sikap egaliter, toleran, sederhana, menyatu dengan masyarakat serta antara pesantren satu dengan yang lainnya merupakan jaringan kultural yang berakar dari hubungan guru dan santri.<>

“Alumni pesantren Lirboyo Kediri kalau mendirikan pesantren baru biasanya materi pendidikannya tak jauh-jauh dari kurikulum yang diterapkan di Lirboyo,” katanya memberi contoh.

Beberapa ciri yang biasanya melekat pada pesantren non-NU biasanya adalah tertutup dengan masyarakat, memiliki birokrasi yang sangat ketat dengan materi kurikulum yang tidak merujuk ke kitab kuning. Perbedaan materi ini sangat berpengaruh pada kehidupan santri setelah terjun ke masyarakat terkait sikap toleransi dan penghargaan terhadap golongan lain.

“Meskipun berada di Jakarta, pesantren Assidiqiyah tidak dikelola birokratis, Kiai Nur Iskandar, pengaruhnya, menerima tamu siapa saja tanpa protokoler, semua orang disediakan makanan,” terangnya.

Kang Said mencontohkan perbedaan gaya kepemimpinan pengaruh pesantren juga sangat berpengaruh, di sebuah kota di Jawa Tengah, terdapat dua pesantren besar, satu kiai mengajar dengan santun sedangkan kiai lainnya memiliki sikap keras. Sikap tersebut ternyata juga tercermin pada perilaku para santrinya dikemudian hari. (mkf)


Terkait