Warta

Cak Mus: Philip Morris, Harus Perhatikan Kesejahteraan Buruh Sampoerna

Kamis, 17 Maret 2005 | 07:09 WIB

Jakarta, NU Online
Penjualan 40 persen saham pabrik rokok Sampoerna oleh Putra Sampoerna dan beberapa pendirinya yang lain kepada Philip Morris International--salah satu produsen rokok terbesar di dunia yang berbasis di Swiss--tidak akan berdampak negatif terhadap perekonomian nasional, setidaknya untuk jangka pendek. Bedanya, masih belum jelas, apakah keuntungan  hasil industri rokok Sampoerna  sebagian besar akan  digunakan untuk memperbanyak pabrik di dalam negeri oleh Philip Morris International sebagaimana dilakukan HM Sampoerna selama ini, ataukah justeru akan digunakan untuk membangun pabrik di luar negeri.

Demikian kesimpulan dari wawancara NU Online via  telepon dengan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Musthofa Zuhad dan pakar ekonomi Universitas Indonesia Andrinof Chaniago, Kamis (17/03).

<>

"Saya kira berpindahnya kepemilikan atas perusahaan rokok Sampoerna ke Philip Morris Internasional tidak akan berpengaruh buruk terhadap perekonomian nasional," kata Andrinof menjawab pertanyaan NU Online.

Andrinof melanjutkan, bahwa Philip Morris Internasional/ Indonesia (PMI) tidak akan memindahkan pabrik rokok Sampoerna ke luar negeri. Sebab, sebagai pasar,  Indonesia masih sangat menjanjikan keuntungan yang besar   dengan tingkat konsumsi rokok yang masih cukup tinggi. "Karena ia tidak akan memindahkan pabrik ke luar negeri lainnya, pendapatan negara dari cukai rokok juga tidak akan berkurang, dan yang pasti Sampoerna tetap akan membutuhkan pekerja-pekerja dari dalam negeri sendiri," kata staf pengajar bidang ekonomi di program pasca sarjana Universitas Indonesia ini.

Penilaian positif Andrinof diperkuat dengan nilai pembelian atas 40 persen saham PT HM Sampoerna yang mencapai 18,6 triliun rupiah. Menurut Menejer Komunikasi Perusahaan Sampoerna Niken Rachmad transaksi pengambilalihan 40 persen saham itu akan diselesaikan pada Jumat, 18 Maret besok.

Naga-naganya, nilai hasil penjualan akan semakin besar, sebab, menurut Presiden Philip Morris Asia Pasifik Matteo Pellegrini, akuisisi menjadi awal bagi Philip Morris untuk mengikuti proses selanjutnya, yaitu tender offer (penawaran tender) untuk mengambil sisa saham (60 persen) yang diharapkan selesai sekitar 90 hari. "Kami berkeinginan menjadi mayoritas. Kami sebisa mungkin akan berusaha mendapatkan  saham Sampoerna hingga 100 persen," ujar Pellegrini.

Bila sisa 60 persen saham Sampoerna benar-benar dibeli  oleh PMI, maka total nilai pembelian akan mencapai 48 triliun rupiah (US$5,2 miliar) termasuk utang bersih sekitar Rp 1,5 triliun (US$160 juta) dengan asumsi harga saham Rp 10.600 per unit dan nilai tukar rupiah Rp 9.365 per US$. Sehingga total uang yang akan masuk dari pembelian 100 persen saham HM Sampoerna mencapai 66,6 triliun rupiah.

Dampak positif tersebut tentu akan semakin nyata bila uang hasil penjualan saham itu, oleh Putera Sampoerna dan beberapa pendirinya digunakan untuk investasi di bidang kelistrikan sebagaimana diberitakan oleh beberapa media cetak nasional, Rabu (16/03).

Lantas bagaimana dengan nasib buruh pabrik rokok yang sering menampilkan iklan-iklan  jenaka itu, akankah pergantian juragan itu akan berdampak baik kepada kesejahteraan buruh pabrik rokok Sampoerna yang mencapai 36,498 orang yang tersebar di 25  kota besar dari mulai Surabaya, Mojokerto, Blora Sukorejo, Semarang, Kulon Progo hingga Yogyakarta, atau justeru sebaliknya, tertekan dengan skema kesejahteraan yang tidask memadai? 

Menurut salah seorang ketua PBNU, Musthofa Zuhad, Meski  Philip Morris International akan resmi menjadi pemilik baru, dia tidak terikat dengan peraturan ketenagakerjaan. "Jadi tidak bisa sewenang-wenang terhadap buruh atau tenagakerjanya," tandas ekonom PBNU yang akrab dipanggil dengan Cak Mus itu.

Cak Mus melanjutkan, baik buruh untuk sigaret linting, maupun mesin, semuanya memiliki hak yang sama. Ketika PMI mempekerjakan buruh untuk sigaret linting, dia harus memenuhi jumlah buruh sesuai dengan kapasitas produksi yang ingin dicapai, tidak bisa dikurangi.  Begitu juga untuk sigaret mesin, tambah mesin berarti harus tambah tenaga kerja. Semoga. (Dul)


Terkait