Bencana adalah buah tangan manusia. Ketika pola hidup manusia cenderung menggerus kelestarian hutan dan lingkungan, di situlah bencana akan dituai. Ironisnya, jika bencana sduah mau datang, ia tak pandang bulu. Apapun dan siapapun pasti diterjang; apakah dia bersalah atau tidak.
Demikian disampaikan Sekretaris PCNU Jember, H Misbahussalam saat memberikan sambutan dalam acara dialog publik “Upaya Mengurangi Resiko Bencana Berbasis Masyarakat” di gedung Baladika, Jl. Sarangan, Antirogo, Jember, Rabu (12/5).<>
Menurut H Misbah, untuk mengurangi bencana, budaya masyarakat perlu diubah. Katanya, masyarakat harus sadar bahwa sebatang pohon di hutan atau di depan rumah, punya manfaat yang besar bagi kelangsungan hidup manusia. “Kalau kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan, sudah tumbuh, minimal bencana bisa dikurangi,” tukasnya.
Karena itu, H Misbah mengaku salut dengan langkah CBDRMNU yang tidak hanya membangun kesadaran masyakrat, tapi juga memiliki program aksi yang nyata dalam mengurangi resiko bencana yang sudah terjadi. Peran CBDRMNU sangat penting lantaran bencana nyaris datang setiap saat. “Jember termasuk daerah yang sangat rawan bencana. Dan kalau bencana itu datang, kita sudah punya tim yang bisa memanej bencana itu,” ungkapnya.
Di penghujung sambutannya, pria lulusan pondok pesantren Salafiyah- Syafi’iyah, Situbondo itu didapuk membuka acara, mewakili Rais Syuriyah PCNU Jember KH Muhyiddin Abdusshomad yang berhalangan hadir. Dialog yang terselenggara atas dukungan Australia Indonesia Partnership (AIP) itu merupakan yang kedua digelar CBDRMNU Jember.
Pesertanya mencapai 100 orang, berasal dari pengurus NU, Santri Siaga Bencana dan para tokoh masyarakat. Sedangkan nara sumbernya berasal dari Kantor Dinas Sosial, Kantor Bakesbanglinmas dan Kantor Dinas Sosial Kab. Jember
Menurut Koordinator CBDRMNU Jember, Drs Nursalim, sejak awal bediuri, CBDRMNU sudah membentuk Santri Siaga Bencana (SSB) yang direkrut dari wailayah rawan banjir seperti Silo, Panti, Patrang, Pakusari dan sebagainya.
“Mereka sudah memilik bekal yang cukup untu memenej bencana. Sebab, jangan lupa, meski bencana juga perlu manejemen, karena terkait dengan berbagai pihak,” tuturnya. (ary)