Jakarta, NU.Online
Pengunjuk rasa anti globalisasi bentrok dengan polisi di sejumlah tempat dekat kota peristirahatan Evian, Perancis, tempat KTT G-8 diadakan. Pemerintah Perancis dan Swis membuat daerah eksklusif 15 kilometer disekitar tempat KTT, untuk mencegah pengunjuk rasa mendekati para politikus dan anggota delegasi lainnya. Tetapi sejumlah pengunjuk rasa berusaha mendobrak garis batas tersebut, disamping menghambat delegasi mencapai Evian dari perbatasan Swis.
Unjuk rasa terjadi sementara sejumlah pemimpin dunia, termasuk presiden Amerika Serikat, George W. Bush, tiba di Evian untuk menghadiri pertemuan tingkat tinggi negara industri terkemuka, yang para demonstran katakan kurang memperhatikan kebutuhan kelompok miskin di dunia ketiga. Unjuk rasa paling agresif terjadi di kota Lausanne, Swis. Pengunjuk rasa mengenakan topeng hitam dan melempari hotel tempat tinggal anggota delegasi.Mereka juga menutup jalan dengan barikade api.
<>Polisi menembakkan gas air mata untuk menghalau pengunjuk rasa dari sekitar hotel. Mereka dikabarkan mengepung sekitar seribu pengunjuk rasa di tempat perkemahan di pinggiran kota. Seorang demonstran luka parah setelah jatuh dari jembatan. Penyedilikan segera dilakukan karena muncul tuduhan polisi memotong tambang yang digunakannya untuk menuruni jembatan.
Di Jenewa, beberapa anak muda berpakaian hitam memisahkan diri dari rombongan pengunjuk rasa kemudian menghancurkan pompa bensin British Petroleum, sementara yang lainnya menutup jembatan utama kota.
Di Perancis sendiri, ribuan pengunjuk rasa yang berusaha mencapai Evian melalui kota Annemasse untuk bergabung dengan kelompok Jenewa, dihentikan polisi dengan menggunakan gas air mata dan peluru karet.
Perpecahan karena Irak
KTT G8 tersebut diperkirakan akan dibayang bayangi masalah diplomatik karena perang Irak .
Presiden Perancis, Jacques Chirac, pengkritik keras perang, menyambut kedatangan Bush dengan jabat tangan dan senyum. Ini merupakan pertemuan pertama mereka sejak perang Irak.
Tetapi menurut wartawan BBC yang meliput KTT, Tim Franks, mengatakan Perancis mengatakan kepada wartawan bahwa posisi negaranya belum berubah. Ketidaksetujuan mereka terhadap perang didasarkan pada keyakinan bahwa otoritas hukum dan organisasi internasional harus dihormati.
Di pihak lain, Amerika dikatakan tidak bermaksud meminta maaf atas apa yang mereka pandang sebagai "taktik diplomasi menghancurkan" yang dilakukan Perancis dan anggota G8 lainnya, Jerman, sehingga menghambat adanya dukungan Dewan Keamanan PBB.
Meskipun demikian, Bush sepertinya telah menghapuskan perbedaannya dengan presiden Rusia, Vladimir Putin, yang juga mengkritik perang, ketika berunding di St. Petersburg hari Minggu.
Setelah pemimpin Amerika dan Rusia bertukar dokumen mensahkan kesepakatan pengawasan senjata, Bush mengatakan perbedaan tentang perang Irak "membuat hubungan menguat, bukan melemah". Putin juga mengatakan hubungan pribadinya dengan Bush dapat mengatasi krisis, dan hal itu "memperkuat" hubungan Amerika-Rusia (BBC/Cih)