Warta

Bambang Pranowo: Keselamatan Negara Harus Diutamakan

Rabu, 1 Juni 2011 | 10:09 WIB

Pekalongan, NU Online
Sejak demokrasi bergulir, perpecahan dan terorisme makin kuat. Atas nama kebebasan dan demokrasi, beberapa oknum mengacak acak kebebasan dan menjadi hakim secara sepihak dengan ukuran salah benar yang disesuaikan pahamnya.

Di pihak lain, paham paham radikal yang mengarahkan pengikutnya pada tindakan terorisme atas nama demokrasi dibiarkan saja tanpa ada counter yang memadai. Melihat hal itu, sebagai muslim kita harus punya pilihan yakni keselamatan negara harus diutamakan.
<>
Demikian dikatakan Prof Dr Bambang Pranowo Ketua Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP) Kemenhan RI pada acara Halaqoh Ulama se Jawa Tengah Ahad (29/5) di Hotel Gren Mandarin Kota Pekalongan Jawa Tengah.

Dikatakan, negara Indonesia adalah hadiah umat Islam terbesar bagi bangsa Indonesia yang sangat plural. Kesediaan para ulama dalam BPUPKI untuk menghilangkan tujuh kata dalam sila pertama Pancasila merupakan pengorbanan yang luar biasa bagi umat Islam.

Karena itu, menurut Bambang umat Islam punya kewajiban syar'i untuk membangun negara ini agar menjadi "baldatun thayyibatun warabbun ghafur".

Dikatakan Bambang, sejak era reformasi, Indonesia sudah menjadi "tempat nyaman" untuk persemaian, pelatihan dan kegiatan terorisme. apalagi kelompok teroris di Indonesia punya strategi menggunakan simbol Islam untuk melakukan kegiatannya.

Untuk mengatasi kelompok radikal dan teroris, menurut Bambang tidak ada cara lain kecuali meningkatkan peran ulama sebagai pewaris nabi untuk menjaga keutuhan NKRI, karena di tangan ulama nasib bangsa ini ditentukan. Kedewasaan dan kebijaksanaan para ulama yang dengan kritis dan terbuka memberi masukan tentang masa depan demokrasi di Indonesia.

Sementara itu, Nasir Abbas yang juga menjadi pembicara dalam halaqoh Ulama se Jawa Tengah mengatakan tumbuh kembangnya para teroris disebabkan oleh perpecahan dari dalam sendiri yang sebagian dari mereka terpengaruh oleh gerakan Al Kaedah. Sedangkan dirinya yang pernah menjadi pentolan di Jama'ah Islamiyah (JI) tidak pernah mendukung gerakan pembumian Islam dengan cara kekerasan seperti yang pernah dilakukan Amrozi CS.

Dirinya bersyukur akhirnya dapat lepas dari jeratan gerakan terorisme di Indonesia, karena apapun motifnya, cita cita mendirikan negara Islam di Indonesia melalui jalan kekerasan tidak dapat dibenarkan sampai kapanpun.

Kegiatan halaqoh Ulama se Jawa Tengah yang berlangsung selama dua hari 28-29 Mei 2011 mengambil tema "Radikalisme Agama dan Problem Kebangsaan Upaya Merekronstruksi Nasionalisme untuk NKRI" menghadirkan nara sumber KH Masdar Farid Mas'udi, MA Rais Syuriyah PBNU, H. As'ad Ali Said Wakil Ketua Umum PBNU, Prof. Dr Nasarudin Umar Dirjen Bimas Islam Kemenag RI. Kemudian Prof. Dr Bambang Pranowo Ketua YKPP Kemenhan RI, Nasir Abbas Pengamat Terorisme dan Dr Hasyim Asy'ari Pakar Hukum Tata Negara UNDIP Semarang.

Redaktur   : Mukafi Niam
Kontributor: Abdul Muis


Terkait