Warta

As’ad Said: Ke Depan, NU Harus Mandiri

Kamis, 14 Oktober 2010 | 02:01 WIB

Jakarta, NU Online
Jam’iyah Nahdlatul Ulama dengan kekuatan pendukungnya yang amat besar ini mengalami pasang surut, suatu ketika menjadi kekuatan yang indepanden dan berperan besar di saat peran lain mengecil, bahkan menjadi tergantung. Semua ini karena kelemahan basis material Kita. Sebanarnya para muasis (pendiri) NU telah memiliki konsep yang sangat matang dan visi yang jauh ke depan.

Dengan mendirikan Nahdlatut Tujjar sebagai basis berdirinya, Nahdlatul Wathan dan pendahulu dari Nahldatul Ulama, sudah merupakan kosep pergerakan yang matang. Maka itu, diawal pendirian NU langsung bisa mandiri. Sebab, NU ditopang oleh para saudagar kaya, sehingga tidak butuh bantuan dari Belanda, penajajh pada waktu itu.
>
Hal di atas disampaikan Wakil Ketua Umum PBNU, H As’ad Said Ali saat membrikan sambutan dihadapan para pimpinan lembaga dan lajnah di lingkungan PBNU, Selasa (12/10).

Melihat kenyataan itu, As’ad Said menegaskan bahwa dalam membangun NU ke depan perlu mengubah paradigama menggerakkan NU, dari organisiasi yang masih tergantung menjadi organisasi yang benar-benar mandiri.

“Dari organisasi pelan-pelan menjadi organiasasi yang dinamis dan cekatan dalam merespon tiap perkembangan,” kata As’ad.

“Perkembangan masyarakat bergerak sedemikian cepat sehingga NU dituntut untuk mengantisipasi secara cepat, di semua bidang, sosial, keagamaan, politik termasuk masalah kebangasaan dan berbagai masalah internasional,” lanjutnya.

Penulis buku Pergolakan di Jantung Tradisi itu mengingatkan bahwa peran peran kebangsaan NU sangat dibutuhkan oleh semua pihak. Oleh karena itu, NU perlu menjadi organisasi yang kuat dan mandiri.

“Dalam menjalankan ukhuwah wathoniyah misalnya, NU akan menjadi pelopor paling depan. Gerakan deradikalaiasasi agama yang dilakukan NU saat ini adalah sebagai perwujudan dari prinsip ukhuwah wathoniyah tadi, karena itu gerakan ini inheren dengan misi dan misi NU, buka agenda orang lain,” jelas As’ad.

“Lembaga dan Lajnah sebagai ujung tombak gerakan Nhdlatul Ulama mesti memahami peran besar ini. Sebab, di berbagai program dan kegiatan mesti disesuaikan dengan visi dan misi NU, serta garis kebijakan NU secara umum. Dengan langkah seperti NU saya optimis ke depan NU akan semakin besar perannya. Semua ini perlu kesabaran dan perlu keuletan. Di situlah kesiapan mental kita diuji,” pungkas As’ad, yang lahir di Kudus, 1949. (mdz/hmz)


Terkait