Jakarta, NU.Online
Cendekiawan muslim Nurcholis Madjid meminta agar peristiwa pemboman hotel berbintang JW Marriot di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, yang menelan korban jiwa 11 orang beberapa hari lalu, tidak mengkambinghitamkan umat Islam.
"Tudingan aparat kalau umat Islam berada di belakang aksi bom tersebut hanya berdasarkan asumsi 90 persen penduduk Indonesia adalah umat Islam. Sehingga jika ada tindak kejahatan maka besar kemungkinan pelakunya adalah umat Islam," katanya usai acara seminar sehari di Cirebon, Minggu.(10/8/2003)
<>Meskipun ada benarnya, menurut Cak Nur, hal itu jangan dijadikan dasar sebagai alasan penangkapan, karena yang terpenting adalah bukti dari pemeriksaan badan intelejen.
"Perhitungannya begini, komunitas terbanyak besar kemungkinan apabila ada suatu hal mereka pasti terlibat. Jadi sudah tidak heran, bila ada tindak kejahatan pelakunya adalah orang Islam. Saya juga heran umat Islam di Indonesia ini lebih terpengaruh dengan ajakan yang mengarah pada hal negatif dibanding yang positifnya," tuturnya.
Menurutnya, terlalu cepat bagi aparat dan pemerintah untuk mengatakan bahwa pelaku pemboman Hotel JW Marriot adalah umat Islam, bukti-bukti yang kuat secara teliti harus dicari dan dikumpulkan dulu, jika sudah valid, baru boleh diumumkan sekaligus proses penangkapan.
Ia mengatakan, tindakan yang dilakukan aparat dengan mengatakan pelaku pemboman adalah umat Islam yang tergabung dalam organisasi Jama’ah Islamiyah bisa menimbulkan ekses negatif bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas umat Islam.
Sehingga akan timbul kesan dan stigma negatif terhadap Islam. Indonesia bukan lagi negara yang tertinggal. Peralatan intelejennya sudah canggih. Jadi, jangan memvonis bahwa umat Islam adalah pelakunya, sebelum ada bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.
"Karena itu kan baru kemungkinan besar dan belum terbukti. Namun saya mendukung penangkapan itu jika aparat telah memperoleh bukti yang bisa dipertanggungjawabkan bahwa pelaku pemboman adalah jaringan Jama’ah Islamiyah. Silakan saja ditindak tegas oleh aparat kalau betul terbukti pelakunya adalah mereka," ungkapnya.
Secara prinsip, Rektor Universitas Paramadina ini juga mengutuk keras aksi teror yang telah banyak menewaskan warga yang tidak bersalah itu. "Bagaimanapun sebagai muslim saya mengutuk keras tindakan teror yang telah menewaskan banyak korban nyawa tidak berdosa. Apalagi agama Islam juga tidak mengajarkan kekerasan yang tidak beralasan tersebut," tandasnya.
Menyinggung kesimpulan aparat yang menghubungkan aksi teror bom tersebut dengan bom Bali, Cak Nur menyebutkan, sebagai hal yang terlalu dini untuk disimpulkan. "Kesimpulan tersebut masih harus dibuktikan dengan data-data yang akurat dan sahih. Meskipun banyak kemiripan namun bukan berarti, pelakunya berasal dari kelompok yang sama," katanya.(Atr/Cih)