Warta

Anwar Nasution: “Kunci Perbankan Syariah Adalah Kepercayaan"

Selasa, 24 Februari 2004 | 04:18 WIB

Jakarta, NU.Online
Maraknya pertumbuhan sistem pengelolaan keuangan Islam dalam bentuk Perbankan Syariah menunjukkan besarnya permintaan masyarakat atas pelayanan bank ini. Nasabahnya pun tidak melulu orang yang beragama Islam. Nasabah Bank Syariah Mandiri pun sejak tahun 2002 memiliki nasabah non muslim. Begitu juga dengan nasabah bank-bank syariah di Malaysia, bervariasi dari muslim hingga non muslim, pribumi Malaysia sampai pendatang China dan Barat.

Di Indonesia seperti dijelaskan oleh Anwar Nasution, Perbankan Syariah mengalami perkembangan pesat. Sejumlah bank bisa dijadikan contoh, dari mulai Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri, sampai bank syariah asing.  Berdasarkan pemaparan Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia (BI), Anwar Nasution, prosentase kredit yang dikucurkan oleh perbankan
syariah sepanjang 2003 mencapai 90-an persen. Apakah itu berarti alokasi pengucuran kreditnya mayoritas untuk pengusaha kecil? Nasution tidak secara langsung menunjuk siapa kategori sasaran mayoritas dari loan to deposit ratio perbankan syariah di Indonesia. Dia hanya mengatakan, “Kalau masalah itu sih yang penting sesuai dengan ajarannya, prinsip bagi hasil,karena bagi hasil mengasumsikan bisa untung, ya bisa rugi,” jawab Nasution .

<>

Deputi Senior Gubernur BI yang datang menggantikan Gubernur BI Burhanudin Abdullah yang berhalangan itu juga memaparkan,”Nah, itu yang disebut keadilan dalam Islam yang kita percayai. Coba you bertanggungjawab pada suku bunga ini, bisa suku bunga 10 persen
barangkali you bisa untung 10 persen, tapi bisa juga you rugi 30 persen, dan tetap harus membayar bunga 10 persen itu,”kata Nasution menjawab dengan dialek Bataknya yang kental. Jadi menurut Nasution, rasa adil dalam sistem perbankan syariah itulah kunci yang membuat masyarkat baik muslim sampai yang non muslim percaya pada sistem pengelolaan uang model ini.

Untuk mengeksplorasi sejauhmana kemanfaan konsep Bank Syariah, wartawan NU Online Abdullah, mewawancarai,  Deputi Senior Gubernur BI, Anwar Nasution usai mempresentasikan makalahnya yang berjudul “Opportunity And Challenges of Developing Economy In Islamic World : An Indonesia Experience”, di JHCC (24/2). Berikut petikannya :

Bagaimana potensi pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia?

Potensi perkembangannya tentu besar, cuman pengelolaannya harus diperbaiki supaya nanti mereka tidak mengalami kekecewaan, itu penting sekali. Tetapi sekarang memang tantangannya lebih berat, karena dari perbankan asing juga banyak yang turut berpartisipasi
dengan membuka bank-bank syariah, seperti BII misalnya sekarang dimiliki oleh Temasek Holding Singapura, dan juga Hongkong  Shanghai Bank. Berarti kan ada persaingan, seperti Hongkong Shanghai Bank itu kan pemain di sektor internasional di pelayanan Syariah, walaupun bukan milik orang Islam, ini tentu sesuai harapan kita agar Bank Syariah berkembang besar, karena besarnya permintaan masyarakat.

Perkembangan yang menggembirakan dalam pertumbuhan perbankan syariah, apakah itu hanya euporia, ataukah nilai-nilainya telah diyakini betul memberikan manfaat besar kepada masyarakat?

Saya kira begini, ambilah secara ilustrasi, dulu yang namanya Doktor Muhaimin waktu kami masih sama sama kuliah di Amerika, beliau mahasiswa di MIT. Dia tidak mau terbang-terbang. Orang yang sudah berpendidikan tinggi seperti itu ingin membersihkan dirinya dari praktek perbankan-perbankan seperti ini. Tentunya ada untuk permintaan Bank Syariah, juga kita lihat yang lain-lain. Nah itulah yang tadi saya katakan, bahwa kemampuan kita untuk membangun bank syariah terbatas.

Terbatas dalam hal apa saja ?

Ya, permodalan, pengetahuan, itu sangat-sangat terbatas, dengan maraknya pembangunan bank-bank syariah asing, keterbatasan kita semakin bertambah. Karena itu kita harapkan bank syariah kita bisa tumbuh
lebih baik lagi.

Apakah bapak melihat bahwa secara internasional banyak masyarakat muslim internasional yang mendapatkan manfaat dari pertumbuhan perbankan syariah?

La, kalau kita baca surat kabar di Malaysia, disamping nasabah yang beragama muslim, juga banyak nasabah yang beragama non muslim, orang China dan orang Barat yang tinggal di sana kan banyak juga yang menjadi nasabah perbankan syariah. Jadi tidak terbatas nasabahnya hanya untuk orang muslim. Di Amerika sana itu apa bedanya Bank Syariah Mudzarabah dengan Bank Venture Capital? Bagi untung dan sama-sama bagi kerugian. Kuncinya adalah ajaran Islam kita itu, ajaran Islam kita itu sepuluh ajaran Tuhan itu, “Jangan Berbohong, Jangan Menipu…. Bagaimana supaya prinsip mudzarabah itu jalan. Kalau satu berbohong, dari mana kau tahu kalau saya katakan bahwa dia rugi Cuma Rp 5,- berarti itu kan harus ada suatu rasa percaya, nah ini kuncinya, kalau tidak ada itu saya kira tidak bisa jalan.

Bisa dicontohkan bentuk konkret dari keterbatasan kemampuan umat Islam dalam membentuk bank syariah?

Mengenai keterbatasan, bisa dilihat, Muhammadiyah saja yang punya bank sekarang ini, Bank Persyarikatan, itu bukan bank syariah, itu bank konvensional. Karena itu kita lihat trend-nya bertolak belakang. Orang asing seperti Hongkong Shanghai Bank, dan BII milik Temasuk Holding Singpura itu justru mendirikan Bank Syariah, sedangkan Ba


Terkait