Jakarta, NU.Online
Ketua PWNU Jatim KH Ali Maschan Musa mengimbau warga NU agar tidak gampang termakan isu yang justru memicu kasus yang lebih besar, berkaitan dengan terbunuhnya seorang kyai dan aktivis NU di Lumajang dan Jember (27/11).
"Dari laporan yang saya terima dari NU Cabang Lumajang, kasus itu murni kriminal. Yang bersangkutan bukan pengurus NU, tetapi pengurus Dewan Syura PKB. Tapi, apa pun jabatannya, dia warga NU sehingga kita ikut berbelasungkawa," katanya.
<>Meski begitu, pihaknya akan terus meminta hasil perkembangan yang dilakukan pengurus PC NU Lumajang. Data-data yang sudah ada akan terus dilengkapi, sehingga benar-benar bisa dibuktikan bahwa kasus itu murni kriminal atau ada motif politis dibelakangnya.
Kendati kesimpulan sementara yang paling kuat dari analisis olah TKP oleh Polda Jatim menunjukkan bahwa pembunuhan kiai yang menjabat ketua Dewan Syura PAC PKB Jatiroto itu bermotif kriminal disertai kekerasan, sejumlah kejanggalan masih belum bisa terjawab
Keluarga korban misalnya, masih belum yakin pembunuhan dengan analisis kasus yang menggegerkan itu semata-mata kriminal murni. KH Syamsul Arifin, kakak Asmuni Ishak (korban pembunuhan-red), menjelaskan bahwa adiknya itu tak memiliki harta berharga apa pun. Harta korban yang cukup bernilai, katanya, hanya sepeda motor Honda Grand buatan 1993. "Tidak mungkin itu perampokan. Harta apa yang bisa dirampok? Dia nggak punya apa-apa," jelas Syamsul.
Usaha dagang almarhum di Pasar Randuagung, lanjutnya, juga tidak begitu besar. Selain itu, yang membuat Syamsul tak yakin bahwa pembunuhan tersebut merupakan kriminal murni, tak ada barang berharga korban yang hilang. "Kalau mau merampok, pasti ada barang yang hilang," jelasnya.
Keluarga korban juga tidak percaya terhadap motif dendam pribadi. Sebab, sepengetahuan Syamsul, korban tak pernah memiliki musuh. "Orangnya santun kepada setiap orang. Dia juga disukai masyarakat," terangnya. Motif politik? Kata dia, Asmuni merupakan figur yang tak ambisius. "Dia diberi jabatan sebagai ketua Dewan Syura PAC PKB Jatiroto dan ketua MWC NU karena ditunjuk masyarakat," tambahnya.
Diakui Ali Maschan, isu yang berembus belakangan ini terkait kasus tersebut bisa meresahkan warga NU, khususnya di daerah tapal kuda. "Sekali lagi, saya justru khawatir kasus ini digunakan untuk memicu situasi yang sudah kondusif ini dan memancing kemarahan warga NU," paparnya. Dia juga membantah PWNU mengerahkan satgasnya terkait kasus ini.
Menanggapi sinyalemen Gus Dur ? (Gus Dur Soal Upaya Penggagalan Pemilu/30/12) Ali Maschan enggan berkomentar. Yang pasti, sebagai pengurus PWNU, dirinya akan menempuh jalur NU. Berdasarkan laporan NU Cabang Lumajang itu dia tetap pada kesimpulan sementara bahwa kasus tersebut murni kriminal.
"Terkait statemen Gus Dur, saya tidak menolak dan juga tidak menerima. Kita tidak punya kepentingan apa-apa, termasuk kepentingan politis. Kita ingin mengatakan kalau A ya A dan kalau B ya B," tegas dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya ini. (cih/kd-jtm)***