Warta

Ali Maschan: Ulama Belum Satu Suara Untuk Saya

Senin, 23 Juli 2007 | 13:15 WIB

Surabaya, NU Online
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) Jawa Timur Dr KH Ali Maschan Moesa MSi menyatakan, para ulama belum satu suara untuk mengizinkan dirinya masuk dalam bursa calon wakil gubernur (cawagub) Jatim.

"Ada ulama yang bilang di NU saja, tapi ada ulama yang bilang kalau ada kesempatan ya diambil saja, karena ulama belum satu suara itu ya saya mengurus NU saja," ujarnya di Surabaya, Senin.

Di s<>ela-sela "Temu Kangen" sesepuh NU "tempo dulu" dalam rangkaian memperingati Hari Lahir (Harlah) ke-84 NU pada 16 Rajab 1428 (31 Juli) di kantor sekretariat PW NU Jatim, Surabaya, ia menjelaskan tawaran menjadi cawagub memang ada.

"Tapi, kami hanya bertemu saja dan tidak ada deal-deal politik apa pun, bahkan peringatan Harlah ke-84 NU juga tidak akan membahas masalah itu," ungkap alumnus S-3 Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu.

Menurut pengasuh Pesantren Luhur "Al-Husna" Surabaya itu, dirinya akan tetap mengurus NU hingga tuntas Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jatim pada Nopember mendatang.

"Apakah saya nantinya tetap di PWNU Jatim atau menerima tawaran cawagub itu, saya kira bergantung para ulama dan umat nantinya. Yang jelas, mengurus NU itu bukan tugas yang tidak mulia," tegasnya.

Dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya itu menambahkan NU secara institusi memang dilarang berpolitik praktis, tapi warga NU tidak dilarang untuk menerima jabatan politik praktis, asalkan tidak membawa "bendera" NU.

"Kalau individu nggak bisa dilarang, bahkan kalau para ulama ditanya umat untuk memilih cagub yang mana pun tidak dilarang, asalkan berbicara atas nama pribadi setelah melakukan istikhoroh, karena ulama memang sering ditanya umatnya," ucapnya.

Sesepuh NU yang hadir antara lain KH Muchit Muzadi (84 tahun, Jember), KH Zakky Ghufron (84, Surabaya), KH Hamid Rusdi (81, Surabaya), KH Amak Fadloli (Lumajang), KH Ahmad Zaini (Nganjuk), KH Azis Dja’far (79, Surabaya), KH Ghufron Na’am (77, Sidoarjo), KH Abdurrohim Sidiq (Sidoarjo), dan KH Choiron Syakur (Bangil, Pasuruan). (ant/eko)


Terkait