Warta

Al-Azhar Samakan Ijazah Kedokteran dari Indonesia

Kamis, 17 Juli 2003 | 06:43 WIB

Jakarta, NU Online
Universitas Al-Azhar telah  menyamakan ijazah kedokteran dari Indonesia yang diajukan oleh dr. Widiawati Kurnia, calon mahasiswi kedokteran Universitas Al-Azhar Putri asal
Universitas Andalas (Unand), Padang, Sumatera Barat.

Keputusan Rektorat Al-Azhar untuk persamaan ijazah kedokteran Indonesia itu diputuskan pekan silam, kata Direktur Urusan Mahasiswa Asing Universitas Al-Azhar, Syeikh Bakri Yamany yang dikonfirmasi ANTARA di Kairo, Rabu (16/7).

<>

Sebelumnya, Universitas Al-Azhar mengeluarkan maklumat bahwa dalam tahun akademik 2003/2004, pihak universitas memutuskan untuk menyamakan ijazah kedokteran dari dua negara asing, yakni Universitas Andalas (Indonesia), dan Universitas Gaza (Palestina).

Menurut Bakry Yamany, keputusan persamaan ijazah kedokteran dari Indonesia itu merupakan tindak-lanjut dari kesepakatan antara Menteri Pendidikan Indonesia (di era Presiden Abdurrahman Wahid, Mendiknas Prof Dr Yahya Muhaimin) dengan Rektor Universtias Al-Azhar Prof Dr Ahmed Omar Hashim di Kairo tiga tahun lalu.

Pada Juni 2000 silam, ketika menyertai kunjungan muhibah Presiden Wahid (Gus Dur) ke Syeikh Agung Al-Azhar Prof Dr Mohamed Sayed Tantawi di Kairo, Mendiknas Muhaimin sempat menyinggung tentang persamaan ijazah non-agama.

Rektor Al-Azhar ketika itu mengatakan akan mempertimbangkan keinginan Mendiknas Muhaimin menyangkut persamaan ijazah non-agama tersebut.

Sejauh ini, pihak Al-Azhar hanya menyamakan ijazah Indonesia untuk fakultas-fakultas teologi, Fakultas Ushuluddin, Syariah, Studi Islam, dan Bahasa Arab, sementara fakultas non-agama seperti kedokteran, pertanian, ekonomi, perdagangan, dan pendidikan belum
disamakan.

Selain itu, mahasiswa di jurusan agama pada Universitas Al-Azhar tidak dipungut biaya, gratis, sementara biaya pendidikan di jurusan non-agama seperti kedokteran cukup tinggi, yaitu 1.800 poundsterling (Inggris) atau sekitar 3.000 dolar AS, setiap tahunnya, tidak termasuk biaya buku dan kebutuhan kuliah lainnya.

Sementara itu, dr. Widiawati, calon mahasiswi Universitas Al-Azhar asal Unand, menyambut gembira atas persamaan ijazah tersebut.

"Alhamdulillah, rasanya bahagia sekali karena setelah berjuang lebih dari setahun untuk persamaan ijazah tersebut," katanya dengan nada ceria.

Kendati demikian, dokter lulusan Unand tahun 1996 ini menuturkan bahwa sekarang ia tinggal memikirkan biaya pendidikan yang cukup tinggi itu. Mudah-mudahan ada kemudahan dari Allah SWT, ujarnya.
Dubes RI untuk Mesir Prof Dr Bachtiar Aly, MA, juga kepada ANTARA menyatakan rasa syukur atas keputusan persamaan ijazah tersebut.

"Kita perlu bersyukur, karena selama ini Al-Azhar hanya menerima calon mahasiswa-mahasiswi Indonesia untuk jurusan agama saja,"katanya.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo, Dr. Nur Samad Kamba, MA, yang kini melakukan tugas kerja ke Jakarta, sebelumnya mengatakan bahwa pihaknya berusaha agar Al-Azhar menerima juga mahasiswa Indonesia jurusan umum, di samping fakultas teologi.(ant/mkf)


Terkait