Brebes, NU Online
Aktivis Pengurus Cabang (PC) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Kabupaten Brebes Akrom Jangka Daosat MA pada awal puasa Ramadhan ini meluncurkan antologi cerpen religi. Dalam kumpulan cerpen dengan judul Lelaki Bersayap Malaikat itu mengunakan nama samaran Daosat Ba’labak MA. Dia berdalih tidak ingin mempopulerkan nama dirinya ke publik sehingga menggunakan nama samaran.
<>
Daosat hanya ingin menyampaikan dakwah, sebagai renungan terhadap ayat-ayat Tuhan terutama kauniyah Tuhan. Seperti dalam cerpennya Biarlah lelaki bersayap malaikat itu tetap di kuil, berdoa pada Sang Pencipta. Dia hanya seorang pendosa yang ingin bertaubat, dia bukan siapa-siapa misteri. Masturun fil Ardi. Biar dia menemani Sang Dewi yang tengah terbaring menahan sakit.
Ditemui di ruang Humas dan Protokol Setda Kabupaten Brebes, Daosat yang juga pegawai Kementerian Agama Kabupaten Brebes tidak mau menceritakan banyak soal penerbitan karyanya itu. “Ada orang yang berbaik hati menerbitkan karya saya ini, karena katanya bagus dan menyentuh hati,” ujar Daosat saat ditemui NU Online di ruang Humas dan Setda Kab Brebes Senin (1/7).
Antologi Cerpen terbitan Pesantren Tahfidzul Quran (PTQ) Al-Rohmah Pruwatan Bumiayu Brebes itu dicetak Juli 2011 setebal 80 halaman + (ix) halaman muka. Dalam antologi ini memuat 7 judul, yakni Lelaki Bersayap Malaikat, Cinta Yang Hilang, Seorang Pemberontak, Tragedi Kampanye, Tangisan Perempuan Tua, Dewi Kebisuan dan Jalan Pulang.
Dalam Lelaki Bersayap Malaikat, Daosat antara lain menceritakan begitu banyak orang baik yang menjadi korban keganasan hidup yang tidak adil. Kehidupan yang sendau gurau dan menipu. Hidup yang diukur dengan materi dan status sosial. Namun dia yakin, tetap ada pribadi-pribadi yang mau berkorban dengan ikhlas meski ancaman mengganas.
<>
“Karena pada dasarnya, semua orang akan menjadi jenazah, saat kita tiada daya, terbang dalam kereta manusia, kita hanya seonggok daging, yang diincar anjing,” demikian ungkapan puisi yang diselipkan pada akhir buku ini.
Daosat Ba’labak MA sudah malang melintang dalam dunia penulisan. Antara lain karya ilmiah populernya pernah diterbitkan di Republika, Suara Merdeka, Majalah Rindang, Radar Tegal, Tabloid Sketsa dan Jurnal Kampus.
Kumpulan cerpen ini merupakan buku keempat. Sebelumnya dia menulis antologi cerpen Sayap-sayap Pengembara yang diterbitkan Fajar Pustaka Jogya (2002), Humor Ala Pesantren yang dimuat secara berkala di Majalah Rindang Semarang (2004) dan buku Tuhan Tampak Ibu (tidak memakai tahun)
Daosat adalah alumni Pesantren Tahfidzul Quran Al Rohmah Bumiayu Brebes. Dia melanjutkan S1 dan S2 nya di IAIN Walisongo Semarang. Daosat selain sebagai PNS di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Brebes juga aktif mengajar sebagai dosen Sejarah Peradaban Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Brebes.
Budayawan Brebes Tegal Slawi (Bregas) Drs Atmo Tan Sidik mengaku apresiatif terhadap karya seorang santri yang moderat. Menurutnya, Lelaki Bersayap Malaikat diterbitkan pada moment yang tepat. Dimana religius tengah menjadi kajian dan ujian umat Islam di kala Ramadhan.
Atmo menilai, pesan moral tidak selamanya disampaikan dengan logika tetapi juga bisa digiring dengan estetika. “Daosat menangkap itu, dan disampaikan lewat kumpulan cerpennya,” pujinya.
Redaktur: Mukafi Niam
Kontributor: Wasdiun