Canberra, NU Online
Sebagai ketua organisasi siswa di sekolahnya, Adam Refki memainkan peran utama memimpin rekan-rekannya. Termasuk, ajakan doa pagi bersama. Hanya saja, beda dengan rekan-rekannya yang menggunakan telunjuk untuk membuat tanda salib, ia justru menengadahkan kedua tangannya. Ya, Adam adalah satu-satunya siswa Muslim di sekolah Katolik St Mary MacKillop College, Canberra. <>
Adam terpilik menjadi ketua organisasi siswa bukan ditunjuk, tapi dipilih. Dalam 'pemilu' sekolah, ia mengantongi suara terbanyak. Ia percaya diri dan tak minder, kendati agamanya beda. "Ini kesempatan untuk membuka peluang bagi dialog antaragama," katanya.
Ia sendiri, tak merasakan dibedakan. "Saya menemukan ada banyak kesamaan antara dua agama. Ini semacam membuat saya bertanya-tanya mengapa di luar sana mereka saling bermusuhan?" katanya.
Dia mengakui, di sekolahnya pelajaran agama diberikan secara ketat. Missa dilakukan setiap hari. "Saya menghadiri misa, dan saya menghormatinya. Tapi saya tidak berpartisipasi."
Kerap, temannya bertanya mengapa dia tak ikut misa, atau membuat tanda salib dengan jarinya. "Saya memberitahu mereka saya seorang Muslim. Keuntungan di sini adalah bahwa saya dapat memberitahu mereka tentang iman saya," ujarnya.
Demikian pula, ketika ia berpuasa selama bulan Ramadhan. Ia menjelaskan, bahwa berpuasa adalah termasuk rukun Islam.
Michael Lee, kepala sekolah St Mary MacKillop College, mengatakan bangga memiliki siswa seperti Adam. "Ketika dia terpilih sebagai ketua organisasi siswa, dia mendekati saya dan berkata, 'Apa yang Anda inginkan dari saya dalam hal kehidupan beragama di sekolah?"
Menurutnya, Adam terpilih bukan karena dia Muslim. "tapi karena pribadi dan program kerjanya memesona kami semua," katanya.
Lee mengatakan, peran Adam sebagai ketua OSIS adalah tanda nyata dari toleransi dan inklusi dari sekolah Katolik. "Saya pikir itu adalah kehormatan besar bagi kami," katanya.
"Saya pikir terpilihnya Adam di sekolah kami adalah hadiah juga untuk komunitas Islam dan saya senang sekolah kami turut berperan dalam membangun pemahaman lebih baik antarumat beragama."
Redaktur : Syaifullah Amin
Sumber : Canberra Times