Malang, NU Online
Rais Syuriah PWNU Jatim KH Masduqi Mahfudz secara terbuka mengajak 40 kiai besar di seluruh wilayah Jatim bersama-sama menyatukan sikap dalam pilpres putaran kedua, 20 September 2004, mendukung penuh pasangan Mega-Hasyim. Potensi warga NU diharapkan tidak lagi terpecah-pecah dan harus menyatu demi tampilnya tokoh NU di lembaga eksekutif.
"Jika pada pilpres putaran pertama suara warga NU terpecah-pecah, maka pada putaran kedua kita harapkan wungkul, utuh buat Mega-Hasyim," ujar Masduqi, di Malang, Jumat (9/7) malam. Menurut pengasuh Ponpes Nurul Ulum, Mergosono, Malang itu, ia bersama para kiai besar akan melakukan sholat bersama di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram, Saudi Arabia.
<>Sementara itu pengasuh Ponpes Lirboyo Kediri, KH Idris Marzuqi dan Ponpes Al Fallah, Ploso, Kediri, KH Zainuddin Djazuli dan Ponpes Tulangan Sidoarjo, KH Agus Ali Masyhuri yang dihubungi secara terpisah menyatakan tekad bersama untuk tetap mendukung pasangan Mega-Hasyim.
"Jika pada pilpres putaran pertama banyak nahdliyin (warga NU) yang bingung dan lari ke capres-cawapres lain, kini sudah tiba waktunya untuk menyatukan sikap kembali ke habitat kita. Suara NU harus bulat mendukung pasangan Mega-Hasyim," tegas Kiai Idris
Dari Pontianak, Kalimantan Barat, penasihat Partai Golkar, Marjuki Pasaribu, Jumat (9/7), menilai, kekalahan capres-cawapres Partai Golkar, Wiranto-Gus Sholah kalah karena pengurus Partai Golkar, baik di pusat maupun di daerah tidak konsisten terhadap keputusan partai dan hanya memikirkan kepentingan pribadi. Partai Golkar yang unggul di pemilu legislatif 5 April 2004 lalu, gagal mempertahankan soliditas dan setengah hati ketika berkampanye untuk pemilu presiden.
Sebenarnya, kata Marjuki, jika ada pernyataan tegas dari DPP untuk mendukung capres-cawapres dari Partai Golkar, kekalahan itu tidak akan terjadi. Namun penegasan itu tidak dilakukan oleh DPP karena mereka memang setengah hati mendukung Wiranto-Gus Sholah. Seharusnya Partai Golkar dapat memberikan penegasan dengan memecat atau me-recall anggota DPR/DPRD terpilih apabila tidak mendukung capres Partai Golkar. (sp/cih)