Pesantren Nurul Muhlasin Penuhi Pendidikan Masyarakat Desa
Senin, 17 November 2014 | 01:00 WIB
Probolinggo, NU Online
Pesantren Nurul Muhlasin terletak di Dusun Mranggon RT 03 RW 05 Desa Mranggon Lawang Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo di atas lahan seluas 500 meter persegi. Pengasuh pesantren terus membesarkan pesantren, meski minim fasilitas.<>
Pengasuh Pesantren Darul Muhlasin Ustadz Umar Faruq menceritakan pesantrennya itu berdiri pada tahun 1990 lalu. Saat itu, pesantren itu diasuh mertuanya KH Asyik Muhlis. Saat itu jumlah santrinya mencapai 20 orang. Terdiri dari 11 santri putra dan 9 santri putri.
“Saat itu, hanya ada dua kamar putra yang terbuat dari bambu. Sementara santri putri tinggal di salah satu kamar di rumah pengasuh. Tidak ada pendidikan formal di pesantren tersebut. Yang ada hanya pesantren salaf yang ada pendidikan diniyah serta ngaji kitab kuning,” ungkapnya, Sabtu (15/11).
Pada April tahun 1999, Kiai Asyik Muhlas wafat. Satu persatu para santri pulang. Sebab pengasuh pesantren tidak mempunyai penerus. Yang ada hanya anak pertama yakni Ny Jamilah.
Desember tahun yang sama, Ustadz Umar mempersunting Ny Jamilah yang tidak lain anak pertama KH Asyik Muhlis. Setahun berdiam diri dan bersosialisasi di pesantren, Ustadz Umar merasa terpanggil untuk meneruskan pesantren yang sempat mengalami masa ke emasan sebelum ditinggal sang mertua.
“Saya merasa terpanggil, karena di Kecamatan Dringu hanya ada 4 pesantren termasuk Pesantren Nurul Muhlasin. "Saya pun bermusyawarah dengan istri untuk mengembangkan pesantren lagi," ceritanya.
Setengah tahun berselang, sudah ada 7 santri putra dan 4 santri putri yang mukim di pesantren tersebut. Sementara santri yang tidak mukim mencapai 30 orang.
Umar sendiri komitmen untuk terus mengembangkan. Pada tahun 2000, kamar santri yang terbuat dari bambu itu rusak. Ia pun berencana untuk membangun kamar santri. "Saya waktu itu jual sawah, untuk modal membangun kamar," katanya.
Peletakan batu pertama dilakukan pada 12 Januari 2011. Saat itu dibangun 5 kamar sekaligus. Umar membiayai pembangunannya dengan berkeliling mengunjungi rekan-rekannya agar bersedia menyumbang pembangunaanya. “Alhamdulillah, aktifitas pesantren tetap berjalan hingga saat ini. Apalagi pesantren ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Anam)