Pesantren Raudlatul Muta’allimien di Kelurahan Wonoasih Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo didirikan dengan tujuan untuk mencetak generasi yang sholeh dan sholehah untuk negara, agama dan pesantern sendiri. Pesanteren ini juga menerapkan pengajaran salafiyah dan juga tidak menutup mata untuk kemajuan zaman.<>
Pengasuh Pesantren Raudlatul Muta’allimien KH. Ibnu Athoillah Mz, pesantern itu didirikan sekitar tahun 1966 lalu oleh ayahandanya Almarhum KH. Marzoeqi. Sebelum didirikan, pesantren itu hanyalah tempat cangkru’annya masyarakat sekitar. Selain sebagai tempat kumpulnya masyarakat sekitar, ternyata tempat tersebut sebagai menimba ilmu keagamaan.
“Tidak hanya sekedar cangkruk dan berkumpul saja, tetapi tempat tersebut juga menjadi sarana untuk menimba ilmu. Kebetulan yang mengisi berasal dari Pesantren Zainul Hasan Genggong Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo. Nah, rutinitas seperti itu istiqomah dilakukan setiap minggu,” tuturnya.
Menurut Kiai Ibu Athoillah, ayahandanya Kiai Marzoeqi yang berasal dari Kelurahan Kebonsari Kulon Kecamatan Kanigaran Kota Probolinggo akhirnya menikah dengan Hj Romlah pada tahun 1965.
Setahun kemudian, Kiai Marzoeqi akhirnya mendirikan pesantren yang disertai pendirian Madrasah Ibtidaiyah (MI) sekitar tahun 1966-an. “Berdirinya pesantren ini sekitar tahun 1966. Saat itu juga didirikanlah Madrasah Ibtidaiyah,” jelasnya.
Saat itu dikarakan Kiai Athoillah, santri yang berada di pesantren tersebut hanya ada empat orang. Kemudian berkembang menjadi ratusan santri hingga akhir 1990. “Saat awal berdiri santrinya hanya empat orang saja. Namun kini santrinya sudah mencapai ratusan orang,” tambahnya.
Kurun waktu 19 tahun dari awal berdirinya pesantren tersebut, akhirnya lembaga pendidikan lebih tinggi yakni Madrasah Tsanawiyah (MTs) didirikan, tepatnya tahun 1985 dan diberi nama MTs Raudlatul Muta’allimien.
Selanjutnya tahun 1997, Madrasah Aliyah (MA) berdiri juga di lingkungan pesantren tersebut. Tidak hanya MI, MTs dan MA yang berdiri, pada tahun 2008 TK dan PAUD-pun mengikutinya. Hingga lembaga pendidikan terakhir didirikan pada tahun 2011 kemarin yakni SMK yang mengambil jurusan Informatika.
Namun menurut Kiai Athoillah Mz yang menjadi pengasuh dari tahun 1998 hingga sekarang ini mengaku pendidikan formal yang berada dibawah naungan Yayasan Pendidikan Raudlatul Muta’allimien tersebut berbeda dengan pendidikan yang diajarkan kepada santri di pesantrennya.
Ia juga menambahkan, santri yang berada di pesantren tersebut hanya ada sekitar 30 orang santri. Namun, jumlah itu akan bertambah pada saat bulan Maulud tiba. Berbeda dengan santri, jumlah murid total yang berada di Yayasan Pendidikan Raudlatul Muta’allimien tersebut hingga kini sudah mencapai kurang lebih ratusan orang santri.
Dari jumlah sekitar ratusan anak didiknya tersebut, menurut Kiai Ibnu Athoillah MZ, sekitar 180 anak berada di TK dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), sekitar 180 anak Madrasah Ibtidaiyah (MI), MTs sekitar 500 anak dan 250-an anak berada di tingkat Aliyah. Sedangkan sekitar 60-an anak masih berada di tingkat SMK. (Syamsul Akbar/Red:Anam)