Pesantren

Alumni Pesantren Santuni Janda dan Anak Yatim

Kamis, 7 Februari 2013 | 01:02 WIB

Blora, NU Online
Alumni Santri Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin Batur, Ceper, Klaten, Jawa Tengah, asal Kabupaten Blora, kemarin menggelar acara santunan janda lanjut usia (lansia) dan anak yatim piatu. Acara dipusatkan di halaman rumah  salah seorang alumi, Ahmad Suroto, di Desa Plosorejo, Kecamatan Banjarejo, Blora.<>

”Ada sekitar 100 janda lansia dan 20 anak yatim piatu yang mendapat santunan,” ujar koordinator alumni Santri Pondok Pesantren Batur asal Blora, H Syuhada Hasan, di sela acara tersebut.

Syuhada Hasan, yang juga alumnus Pascasarjana Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Solo itu menambahkan, santunan untuk janda lansia dan anak yatim piatu merupakan bentuk kepedulian kepada sesama dari alumni santri Batur, kepada masyarakat sekitar.

Acara santunan janda lansia dan anak yatim piatu itu juga dirangkai acara pengajian akbar dalam rangka peringatan maulid Nabi Muhamad SAW. Sedangkan untuk pembicara yang dihadirkan adalah Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotus Sholihin Batur, KH Drs Nawawi Syafi’i.

Selain menggelar acara santunan janda lansia dan anak yatim piatu, alumni Santri Pesantren Batur juga menggelar acara pengajian akbar di empat tempat selama dua hari berturut-turut. Yakni, dua tempat di Kecamatan Banjarejo dan dua tempat di Kecamatan Blora kota.

Sementara itu, saat memberikan siraman rohani, KH M Nawawi Syafi’i mengatakan, langkah menyantuni janda lansia dan yatim piatu yang dilakukan alumni Santri Pesantren Batur layak untuk diapresiasi. Karena, berbagi kepada sesama merupakan implementasi rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diterima.

”Ada dua sikap yang bisa dipilih saat mendapat rejeki dari Allah. Yakni, mengambil keberkahan atau bakhil seperti Korun,” ujarnya.

Kalau langkah yang diambil adalah mengambil keberkahan, berarti akan membuka pintu rahmat Allah. Sedangkan kalau langkah yang diambil adalah bakhil seperti Korun, berarti pintu rahmat akan ditutup.

Kiai Nawawi juga membuat perumpamaan, bahwa rejeki itu ibarat tikar. Kalau dilipat, tikar hanya akan cukup diduduki satu atau dua orang saja. Tetapi kalau tikar di gelar (dijereng) maka akan cukup diduduki banyak orang.



Redaktur     : A. Khoirul Anam
Kontributor : Sholihin Hasan


Terkait