Pendidikan Islam

Melanjutkan Pesan Sunan Drajat untuk Memberdayakan yang Lemah

Rabu, 11 November 2015 | 15:08 WIB

Walisongo berjasa besar dalam menyebarkan Islam di tanah Jawa dengan dakwahnya yang dapat diterima oleh masyarakat. Makam para wali tersebut sampai sekarang masih ramai dikunjungi para peziarah. Tetapi dari sembilan wali tersebut, hanya di daerah pemakaman Sunan Drajat yang masih berdiri pesantren yang merupakan kelanjutan dakwah Sunan Drajat. <>Pesantren dengan nama Sunan Drajat ini didirikan dan diasuh oleh KH Abdul Ghofur, salah satu keturunan dari Sunan Drajat. 

Yang istimewa, pesantren ini bukan hanya pesantren tradisional yang mengajarkan para santri dengan ilmu agama dan setiap hari bergelut dengan kitab kuning. Bidang pengembangan ekonomi merupakan salah satu ikon kuat di pesantren ini dengan sejumlah bidang usaha. Kiai Ghofur mengajari para santrinya dari teori, praktek sampai penerapannya di lapangan. Semuanya bisa dipelajari dari berbagai unit usaha milik pesantren.

Apa yang dilakukan oleh KH Abdul Ghoru ini merupakan implementasi dari pesan Sunan Drajat, yaitu

Wenehono teken marang wong wuto
(Berilah tongkat pada orang buta)

Wenehono mangan marang wong luwe
(Berilah makan pada orang yang lapar)

Wenehono busono marang wong wudo
(Berilah pakaian bagi orang yang telanjang)

Wenehono ngiyup marang wong kudanan
(Berilah tempat peneduh bagi orang yang kehujanan)

Dari pesan tersebut, intinya adalah Sunan Drajat ingin agar orang lemah, teraniaya, dan marginal perlu dibantu. Pesan ini selalu diingat oleh Kiai Ghofur dengan mencari santri yang tidak mampu agar mereka belajar di pesantren dan mereka harus membantu pengelolaan unit usaha pesantren. Mereka mendapat dua ilmu sekaligus, ilmu agama dan ilmu berwirausaha yang nantinya sangat bermanfaat diterapkan di masyarakat setelah selesai belajar di pesantren. Pemberdayaan ekonomi marupakan salah satu strategi yang pas karena bisa membuat orang yang sebelumnya tidak berdaya pada akhirnya malah bisa membantu yang lain.

Kiai Ghofur menjelaskan kunci keberhasilannya dalam membangkitkan kembali pesantren Sunan Drajat yang sempat terpuruk selama ratusan tahun yang dimulainya kembali pada tahun 1977 adalah membantu yang lemah dan meminta doanya, membantu yang kuat dan kaya dan menerima sumbangannya, serta menyalurkan hasil sumbangannya untuk kesejahteraan santri dan mengembangkan pesantren. Jaringan pergaulannya dengan menyapa yang lemah dan menghormati yang kuat ini membuatnya dikenal luar masyarakat sekitar sampai para tokoh di Jakarta. Kebiasaan silaturrahmi yang digabungkan dengan insting bisnis yang kuat ini membuat Pesantren Sunan Drajat mampu memanfaatkan berbagai potensi.

Pesantren kini telah memiliki sejumlah unit usaha seperti PT Sunan Drajat Lamongan memproduksi pupuk organik berkualitas tinggi, ramah lingkungan, dan menjaga kelestarian alam dengan merek KISDA. Pengembangan jus mengkudu "Sunan" untuk konsumsi lokal dan diekspor ke Jepang dengan merek "Java Noni". Air minum dalam kemasan dengan merk Aidrat yang dipasarkan ke seputar Lamongan, Gresik, Bojonegoro, dan Tuban dengan pangsa pasar terutama para wali santri, BMT Sunan Drajat untuk membantu keuangan kelompok usaha mikro, Persada TV dan Radio Persada FM sebagai media dakwah berbasis multimedia, Smesco mart yang menyediakan berbagai keperluan santri, koperasi pondok pesantren yang mengelola kedai, warnet, dan unit usaha lainnya.

Unit-Unit usaha tersebut dikelola oleh tenaga-tenaga trampil yang paham benar bagaimana mengelola bisnis dengan baik dan mampu bersaing di pasar karena sesungguhnya, berhasil atau tidaknya sebuah bisnis diuji di pasar. Dan usaha-usaha milik pesantren terbukti bisa bertahan dan bahkan bisa terus berkembang. 

Pesantren sendiri berlokasi di atas tanah seluas 12 hektar sementara yang digunakan untuk usaha berupa gunung kapur seluas 10 ha,  lahan Phosphat seluas 30 Ha, tanah untuk pengembangan agribisnis seluas 30 Ha, tanah wali santri dan alumni yang digunakan untuk pengembangan usaha 300Ha.

Bukan hanya berhasil dalam pengembangan bisnis, manfaat lain dari jus mengkudu yang dibuatnya adalah keberhasilannya dalam menghijaukan lahan tandus menjadi kebun mengkudu yang menyebabkannya diberi penghargaan Kalpataru pada tahun 2006 sebagai pembina lingkungan terbaik. Penghargaan lain yang diterimanya adalah sebagai Pengusaha UKM Terbaik di Jawa Timur tahun 2007 dari harian Bisnis Indonesia dan yang paling baru adalah penghargaan Nahnu Ansorulloh dari GP Ansor pada tahun 2015 atas apresiasinya sebagai kiai yang dinilai memiliki gagasan dan konsep nyata pemberdayaan ekonomi pesantren dan masyarakat, yang bisa menjadi inspirasi kader-kader Ansor maupun bagi masyarakat luas. (Mukafi Niam)


Terkait