Di Bojonegoro, tepatnya di Desa Sukorejo, Kecamatan Kota Bojonegoro terdapat sebuah lembaga Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang akrab disebut sebagai Madrasah Ibtidaiyah Nurul Ulum (MINU) Unggulan. <>Berdasarkan data sejarah singkat yang ada, madrasah yang pernah menjadi pilot project sekolah unggulan di bawah Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) itu didirikan pada tanggal 1 September 1953 Berdasarkan Piagam Pengakuan Kewadjiban Beladjar oleh Kepala Djawatan Pendidikan Agama Nomor : K/II/CIX/7549 pada tanggal 1 April 1960.
Lebih lanjut, pendirian MINU berawal dari para tokoh sesepuh masyarakat Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro, Kabupaten Bojonegoro yang mempunyai pendapat sekaligus keinginan untuk memiliki sebuah sekolahan/tempat pendidikan untuk anak cucu mereka. Pada waktu itu tepatnya pada tahun 1952 dengan dipimpin sesepuh desa mengadakan musyawarah dan menghasilkan keputusan pendirian sekolah yang bernama Madrasah Ibtidaiyah Wadjib Belajar Nahdlatul Ulama (MWBNU).
Saat itu, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di sebuah rumah milik warga setempat dengan sarana-prasarana seadanya. Baru beberapa tahun selanjutnya, tepatnya pada tahun 1956 karena sekolah semakin diminati masyarakat akhirnya kegiatan pembelajaran dipindah di tempat yang lebih luas di rumah Bapak Muniran, yang lokasinya berada di depan Stasiun Kereta Api Bojonegoro.
Empat tahun kemudian, tepatnya tahun 1960 Sekolah tersebut dipindah lagi dari ke lokasi sdi Jalan Gajah Mada No. 16 Desa Sukorejo, Kecamatan Bojonegoro. Kala itu, gedung madrasah hanya berupa bambu hasil usaha gotong royong warga Nahdlatul Ulama setempat. Meski demikian, saat ini seiring berjalannya waktu, MINU Unggulan Bojonegoro telah menjadi salah satu sekolah favorit di Bojonegoro.
Bahkan, tahun 2010 lalu, MINU Unggulan termasuk dalam enam sekolah yang dijadikan percontohan di LP Maarif NU Jatim. Selain MINU Unggulan Bojonegoro, ada pula sekolah lain, yakni MINU Al Khairiyah Situbondo, MINU Teratai putra/putri Gresik, MINU Kureksari Sidoarjo, dan SD Islam Bainul Ashar Tulungagung.
MINU Nurul Ulum Bojonegoro awalnya tidak mendapat perhatian dari masyarakat kini menjadi tujuan utama masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. Bahkan sebelum pendaftaran siswa baru ditutup, jumlah siswanya sudah melebihi pagu yang ada. Melawan persepsi masyarakat soal biaya, menjadi salah satu alasan MINU Unggulan menjadi sekolah pilihan. Sebab, belajar di sekolah unggulan yang dibangun LP Maarif Jatim memang tidak semahal yang dibayangkan masyarakat pada umumnya. Bahkan, pada praktiknya, biaya justru disesuaikan dengan kemampuan ekonomi masyarakat sekitar.
Selain itu juga butuh transparansi dan partisipasi wali murid. MINU Unggulan Bojonegoro memiliki sistem akuntabilitas dan transparansi. Tidak hanya pihak sekolah, wali murid bukan juga diberikan motivasi ikut berpikir dan mendorong sekolah berkembang lebih baik.
Kepala MINU Unggulan Bojonegoro, Abdul Mujib Ridwan mengaku, di lembaga yang dipimpinnya saat ini terdapat 274 siswa dari kelas 1 sampai kelas 6. Pembelajaran yang diterapkan ialah program full day school. Dengan ketentuan untuk kelas 1 sampai kelas 3, masuk sekolah pukul 06.50 WIB dan pulangnya pukul 14.00 WIB. Sedangkan kelas 4 sampai kelas 6, masuk pukul 06.50 WIB dan pulangnya pukul 15.30 WIB.
Berbagai Program Ekstra
Selama ini, MINU Unggulan Bojonegoro menerapkan berbagai program rutin tahunan sebagai kegiatan pengembangan peserta didik, wali murid dan pendidik. Khusus untuk siswa dan wali murid, terdapat kegiatan outbond setiap tahun. Kegiatan itu dilaksanakan di lokasi yang strategis untuk pembelajaran di luar ruangan.
Menurut kepala MINU Unggulan Bojonegoro, outbond merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan setiap semester genap. Dengan outbond ini diharapkan para siswa bisa menghilangkan kejenuhan saat belajar di dalam kelas. "Selain itu juga untuk melatih keberanian siswa untuk berpetualang di alam," ujar Mujib.
Lebih lanjut dijelaskan, selain diikuti oleh siswa, para orang tua siswa juga turut serta. Mereka mengikuti kegiatan mulai dengan menyanyikan yel-yel kelompok hingga mengikuti tantangan-tantangan yang disediakan panitia.
"Biasanya khusus untuk para siswa disediakan wahana air dan flying fox, sementara untuk para wali murid juga kami sediakan bermacam-macam lomba. Di antaranya lomba tarik tambang, gapyak hingga lomba membawa gelas dengan taplak meja," ujarnya.
Selama ini, saat kegiatan berlangsung, para siswa dan wali murid ceria meski letih dengan berbagai permainan dan lomba yang dilakukan.
Sementara itu, untuk pengembangan guru terdapat program TOT (Tarining Of Trainer). Semua Guru MI Nurul Ulum mengikuti kegiatan tersebut untuk membentuk seorang pendidik yang selalu kreatif, motivasi, dan berkarakter. Kreatifitas para dewan guru MINU Unggulan terlihat saat perayaan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) Ke-338 tahun ini. Dalam pawai budaya yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro, MINU Unggulan termasuk sebagai Juara Harapan III untuk tingkat Sekolah Dasar.
Tercatat ada sebanyak 45 regu yang memeriahkan pawai budaya tingkat SD/SMP tahun 2015 ini, dengan rincian 11 regu dari tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 34 regu dari tingkat Sekolah Dasar (SD).
Dari segi pengembangan siswa, MINU Unggulan juga menyelenggarakan bimbingan-bimbingan khusus bagi siswa-siswinya yang mengikuti olimpiade. Salah satunya sebagaimana diikuti siswanya, M. Kafa Mas’udi yang berhasil menyabet Juara III Olimpiade Sains Nasional oleh EEC, tahun lalu serta meraih Juara I pada kompetisi yang sama tingkat Provinsi Jawa Timur tahun ini.
MINU Unggulan mendukung penuh perjuangan siswanya dengan memberikan bimbingan seminggu dua kali sampai mendekati olimpiade, termasuk pemantapan materi Matematika dan Sains. Namun seringnya mengikuti kejuaraan dan olimpiade tingkat Kabupaten, Provinsi sampai Nasional sejak kelas 2, membuat pembimbing tidak kesulitan memberikan materi.
Selama ini, manajemen Madrasah yang profesional merupakan kunci pokok dalam membangun MINU menjadi madrasah yang unggul, tidak luput dengan program peningkatan kualitas tenaga pendidik secara berkelanjutan, beragam fasilitas yang ditawarkan sebagai penunjang kegiatan Belajar Mengajar, kreativitas dalam pengajaran, serta pengelolaan kelas yang baik menjadikan MINU sebagai lembaga yang profesional dalam mengemban amanat pendidikan. (Nidhomatum MR)