Pemberdayaan

Mahasiswa Unwaha Olah Kayu Limbah Jadi Seni Ukiran Wajah

Sabtu, 24 November 2018 | 16:30 WIB

Mahasiswa Unwaha Olah Kayu Limbah Jadi Seni Ukiran Wajah

Zainal Fanani, mahasiswa Unwaha Jombang seniman lukis papan kayu

Jombang, NU Online
Mahasiswa Universitas KH Abdul Wahab Hasbullah (Unwaha)?Jombang, Jawa Timur Zainal Fanani berhasil mengelola kayu bekas peti kemas  atau jati Belanda menjadi seni ukir wajah dan lukis bakar yang bernilai ekonomis.

Kayu-kayu tersebut ia dapatkan dari penjual kayu kiloan. Untuk kayu yang agak bagus dibeli dengan hitungan per meter. Satu kilo kayu bekas itu didapat dengan harga Rp16.000. Pemilihan kayu ini karena memiliki serat yang bagus dan cocok untuk ukiran seni.

Menurutnya, ide pembuatan lukisan wajah ini sudah ia tekuni sejak beberapa bulan terakhir. Inspirasinya membuat lukisan wajah setelah melihat video di youtube lalu belajar bersama saudaranya yang fokus pada lukisan.

"Awalnya karena memang suka seni, lalu kepikiran ingin memanfaatkan limbah kayu. Dan ketemulah dengan seni ukiran wajah dan lukisan bakar ini. Lalu belajar otodidak. Tapi saya lebih fokus pada ukiran wajah. Karena banyak tantangannya," jelasnya, Sabtu (24/11).

Dalam membuat karyanya, Zainal mendapat tempat sederhana yang gratis milik seniornya di Jalan Kapten Tendean, Desa Pulo Lor, Kecamatan Jombang. Setiap hari, ia bekerja membuat karya di belakang rumah tersebut.

Cara membuat seni ukiran wajah ini pertama dimulai dari mencetak wajah yang akan diukir di kertas. Lalu kertas tersebut ditempelkan dikayu bekas peti kemas (jati Belanda) atau triplek. Selanjutnya masuk pada tahap pengukiran dengan menggunakan pisau seukuran 3 cm pada proses ini paling menentukan. 

"Waktu ngukir pakai pisau itu susah-susah gampang. Karena kalau tidak fokus nanti bisa patah," ujar pemuda asal Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben, Jombang ini.

Untuk satu karya ia kerjakan dalam sehari sampai dua hari tergantung kerumitan wajah yang diukir dan ukurannya. Baru setelah tahap pengukiran selesai dilanjutkan pada perapian dan bingkai. 

Ia juga menerima pesanan dari beberapa orang luar kota seperti Malang, Bojonegoro, Mojokerto dan Jombang sendiri. Ukuran yang ditawarkan yaitu ukuran kecil (20x20 cm), menengah (40x30 cm) dan besar (40x50 cm).

"Sementara saya hanya promosikan lewat media sosial. Tapi itu saja hasilnya sudah lumayan. Bisa buat tambahan uang jajan, kuliah dan beli paketan. Untuk yang ukuran kecil saya jual Rp80 ribu, kalau ukuran menengah Rp100 ribu dan untuk yang jumbo Rp125 ribu," ujarnya.

Dikatakan, tahun 2019 nanti ia berangan-angan mengadakan pameran lukisan tunggal di kampusnya. Karena menurutnya selama ini belum ada pameran di kampusnya. Oleh karena itu, ia terus mengebut membuat karya sebanyak-banyaknya.

"Target 2019 nanti mau buat pameran karya. Mohon doanya saja. Semoga sukses selalu," tandas Zainal. (Syarif Abdurrahman/Muiz)


Terkait