Oleh Fathoni Ahmad
Melaksanakan perintah Allah bukan hanya menjalankan ibadah-ibadah seperti shalat, menunaikan zakat, puasa dan lain-lainnya yang biasa kita ketahui. Taat kepada Allah dan melaksanakan perintah-Nya juga berarti kewajiban meyakini dan mengamalkan petunjuk-petunjuk dan ajaran lainnya yang disebut di dalam Al-Qur’an dan yang disampaikan oleh Rasulullah SAW mengenai berbagai macam hal.
Selain ibadah-ibadah yang diulang setiap periode waktu tertentu, Islam juga mengajarkan bagaimana cara ber-muamalah dan berinteraksi dengan makhluk Allah lainnya; dengan sesama manusia, dengan binatang, maupun dengan alam.
Perintah untuk berbuat baik kepada tetangga, kepada tamu, kepada sanak saudara, untuk berkata yang baik, untuk menyebarkan kedamaian, untuk bersikap adil dan lain-lainnya yang disampaikan oleh Nabi Muhammad adalah ajaran agama yang tidak boleh ditinggalkan.
Ketika Rasulullah ditanya mengenai orang yang rajin beribadah tetapi bersikap tidak baik kepada tetangga, Nabi mengatakan bahwa orang itu tempatnya di neraka. Ini menunjukkan bahwa kesempurnaan iman dan takwa juga meliputi ketaatan kita menjalankan semua jenis perintah agama, dan menjauhi semua larangan agama dalam hal ber-muamalah dengan sesama makhluk Allah.
Ketika Allah memberitahu kita melalui firman-firman-Nya bahwa bersikap adil kepada siapa pun merupakan sikap orang yang dekat dengan ketakwaan, maka kita harus memahaminya sebagai perintah untuk bersikap adil kepada siapa pun.
Ketika Allah memberitahu bahwa Dia sengaja membuat manusia berbeda-beda suku, bangsa, bahkan agamanya, itu artinya kita diperintahkan untuk bersikap toleran terhadap orang lain yang berbeda dengan kita, baik dalam hal keyakinan atau pun suku dan rasnya. Semua yang datang dari Allah dan Rasul-Nya adalah ajaran agama yang wajib diyakini dan ditaati.
Segala yang ada di alam semesta ini adalah ciptaan Allah. Semua yang diciptakan Allah; dari iblis sampai malaikat, dari orang yang paling jahat sampai yang paling shalih, dari yang paling beriman sampai yang paling ingkar, tak luput dari keluasan ilmu Allah. Adanya kejatahan, adanya iblis, adanya orang kafir, dan adanya segala macam keburukan di alam raya ini tidak berarti Allah yang menciptakannya memiliki kekurangan atau kelemahan.
Alam raya dan seluruh isinya ini adalah ciptaan Allah yang sempurna. Jangan pernah berpikir bahwa Allah tidak berkuasa atas iblis dan orang-orang kafir. Semua yang ada ini berada dalam genggaman kekuasaan-Nya. Iblis ada karena dikehendaki oleh Allah untuk ada.
Orang Yahudi, Nasrani, Hindu dan lain-lainnya ada karena dikehendaki oleh Allah untuk ada. Manusia yang mempunyai sifat lemah, tidak bisa memaksa semua orang untuk memeluk agama yang sama, sebagaimana seseorang tidak bisa memaksa semua manusia untuk hanya memiliki satu suku dan bangsa saja.
Penjelasan kitab suci Al-Qur’an sudah terang mengenai perbedaan manusia dalam banyak hal termasuk agama, serta tuntunan tentang bagaimana menyikapi keberagaman itu. Maka tidak patut orang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasulullah SAW menjadikan agama sebagai alasan untuk berbuat kerusakan di muka bumi dan menebar kebencian. Semakin beriman seharusnya manusia menjadi lebih baik dan lebih toleran. Semakin memahami ajaran agama, seharusnya manusia menjadi lebih santun dan berakhlak.
Kaum Mukminin adalah manusia-manusia yang menyebarkan kedamaian dan kasih sayang. Kaum Mukminin adalah manusia-manusia yang berlomba-lomba berbuat kebaikan (fastabiqul khoirot) kepada siapapun.
Sebaliknya, manusia-manusia yang berperangai kasar dan ganas, bukanlah orang-orang yang memiliki ciri manusia yang beriman. Keganasan dan perangai kasar adalah keburukan yang harus dihilangkan dari manusia karena sikap-sikap demikian akan membawa kerusakan dan kehancuran.
Siapa pun orangnya dan apa pun agamanya, jika ia berperangai buruk dan kasar, serta menyukai kekerasan, ia akan membahayakan kehidupan umat manusia. Orang yang demikian berpotensi menjadikan agamanya sebagai alasan untuk melakukan gangguan dan kerusakan terhadap penganut agama lain dan siapa pun yang dianggapnya berbeda.
Selanjutnya akan terjadi saling rusak dan saling menzalimi. Kerusakan dan kekejian berupa keganasan perangai manusia inilah yang dicegah oleh Allah dalam ajaran Islam maupun agama lainnya. Jika sesuatu itu ditolak dan dicegah oleh Allah, artinya sesuatu itu adalah hal yang buruk dan keji.
Penulis mengajar di Fakultas Agama Islam UNU Indonesia (Unusia) Jakarta