Oleh: HM Syarbani Haira
Peringatan Hari Lahir NU—sering disingkat dengan Harlah NU dan tak ada penggunaan kamus milad (yang ada maulid atau maulud) dalam tradisi NU—tahun 2019 ini sangat meriah. Diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), dihadiri PWNU dan PCNU se-Indonesia. Hadir pula sejumlah undangan pejabat negara, duta besar, dan politisi lintas partai.
Sebelumnya, Muslimat NU menyelenggarakan kegiatan yang mirip di Gelora Bung Karno (GBK). Rombongan ibu-ibu berdatangan dari mana-mana di seluruh Indonesia, termasuk dari Kalimantan Selatan. Kaum ibu-ibu ini lebih hebat, karena datang dengan biaya mandiri. Barakallah buat mereka semuanya.
Jika kedua event tersebut dicermati lebih dalam, apa sesungguhnya yang akan terjadi tahun 2026 yang akan datang? Karena tahun itu, NU akan memperingati hari lahirnya dengan usia satu abad, dilihat dari tahun Masehi. Ya, kita tinggal menunggu waktu momen 'Satu Abad NU' tahun 2026 yang akan datang.
Ada banyak prediksi tentang Satu Abad NU tersebut. Mereka yang terbiasa berpikir optimistik, meyakini satu abad NU, NU akan memasuki puncak kejayaannya. Tetapi sebaliknya, mereka yang terbiasa berpikir pesimistik, menilai NU akan jebol oleh arus globalisasi dan menurunnya semangat ber-NU. Terlebih oleh merebaknya gerakan kaum transnasional dan paham-paham keagamaan lain yang tak sepaham dengan NU.
Dua model berpikir itu menjadi terasa jika kita amati arus bawah dan elitnya warga NU hari ini. Fenomena Pilpres 2019 ini boleh jadi menjadi logika rasional tentang kelompok yang pesimistik ini.
Lihat saja anak-anak santri kelompok tertentu hari ini sudah ada yang berani melecehkan ulama NU, hanya karena berbeda pilihan politiknya. Namun demikian, saya pribadi termasuk orang yang tetap optimistik. Dalam banyak kesempatan saya selalu menyatakan optimisme NU ini. Saya meyakini, Satu Abad NU tahun 2026 mendatang sangat memungkinkan mencapai puncak kejayaannya. Saat NU berusia satu abad tersebut, insyaallah kejayaan NU akan semakin menjadi kenyataan.
Menurut hemat saya, di era tersebut NU selain tetap fokus di bidang dakwah, syiar keagamaan Islam Ahlussunnah, sesuai misi awalnya berdiri, juga akan masuk ke wilayah lainnya seperti bidang ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya.
Pada era tersebut ulama-ulama NU yang menguasai kitab kuning tentu akan semakin banyak, dan karenanya mereka akan menjadi rujukan bagi masyarakat luas di bidang agama Islam Ahlussunnah. Kenapa bisa demikian? Karena pesantren-pesantren NU semakin berkembang pesat dan mengikuti dinamika zaman.
Sedangkan kelompok lainnya hanya akan mengandalkan ilmu-ilmu sekuler, yang jika harus membaca Al-Qur'an cuma bisa menggunakan tafsir dan terjemahnya. Demikian juga jika harus membaca hadits cuma bangga dengan menyebut nomornya, yang tak lupa menyebut pentashihnya, ulama kebanggaan mereka seperti al-Bani dan lainnya.
Pada saat Satu Abad NU tahun 2026 itu para ilmuan NU banyak bergelar Profesor Doktor, pertumbuhannya juga akan semakin membludak. Anak-anak muda NU yang kuliah di sejumlah perguruan tinggi terkemuka dalam dan luar negeri akan terus meningkat. Mereka bisa saja mendapatkan fellowship seperti Program LPDP dalam dan luar negeri, Program Budi, dan lain sebagainya.
Program 5.000 doktor yang dicanangkan oleh Kementerian Agama dalam lima tahun terakhir tentu juga akan lebih menguntungkan warga NU. Kerja sama yang dibangun oleh LPTNU dengan pemerintah Jepang, Korea, Tiongkok, Taiwan dan yang lainnya sangat luar biasa manfaatnya bagi NU.
Berdirinya sejumlah PTNU di seluruh Indonesia pun, serta merta juga akan menghasilkan generasi terdidik yang berkomitmen untuk NU. Fenomena ini pernah diamati dengan baik oleh mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Din Syamsuddin saat hadir dalam peresmian Gedung UMB dan kemudian ceramah di Masjid Al Jihad tahun 2018 lalu.
Jika memang demikian, dan jika nanti berhasil, itulah anomalinya NU. Walau pernah teraniaya di zaman Orde Baru di bawah rezim Soeharto, Satu Abad NU sungguh luar biasa, dan mudah-mudahan menjadi kenyataan. Insyaallah...
Hari ini saja, seperti bisa kita cermati baik-baik, generasi terdidik NU sudah ada yang jadi menteri, Dubes, rektor, gubernur, bupati, wali kota, kepala dinas, Kakanwil, dan sebagainya. Generasi penerus NU juga bisa duduk di eselon I dan II, sesuatu 'hil yang mustahal 'di era Orde Baru tempoe doeloe bisa terjadi.
Sejalan dengan itu, kita songsong Satu Abad NU 2026 mendatang dengan semangat optimisme. Semua elemen NU bisa bergerak, dan Universitas NU pun semakin berkembang.
Kita juga berharap semoga warga NU diberikan kekuatan dan hidayah oleh Allah Swt, bisa mengabdi buat agama, bangsa dan negara ini secara tulus dan istiqomah.
Penulis adalah Ketua PWNU Kalsel 2007-2017 dan Badan Pengelola UNU Kalsel.