NU dan Revolusi Digital di Tengah Kultur Global Setelah Jeans dan Coca Cola
Jumat, 18 Juli 2003 | 16:27 WIB
Oleh : Budiono Darsono*
Jakarta, NU.Online
"Keterbukaan Web merupakan sebuah daya tarik yang sangat kuat. Siapa pun bukan hanya dapat membaca apa yang ada di Web melainkan juga memberikan sumbangsih, dan setiap orang berada dalam kesetaraan. Ada kesempatan yang tak terbatas di dalamnya " Tim Berners-Lee, penemu Web Ketika pertama kali dirancang sepuluh tahun lalu, Tim Berners Lee - penemu Web - barangkali belum membayangkan Web akan menjadi sedemikian dahsyat penggunaannya, dan menjadi kultur global setelah celana jeans dan minuman ringan Cocacola. Ketika pertama kali digagas, Web hanya diilhami oleh kebutuhan Lee untuk menemukan cara yang tepat membuat rujukan-rujukan dokumen dalam pekerjaannya sehari-hari sebagai peneliti.
Namun sekarang, teknologi Web bukan hanya menjadi teknologi untuk membuat sebuah dokumen terhubung dengan dokumen lain. Teknologi Web pada saat ini telah menjadi alat yang tepat-guna untuk memperluas jangkauan publikasi dan bahkan perdagangan yang interaktif: sebuah jembatan untuk komunikasi interaktif dengan jangkauan global.
Kemudahan dan keterbukaannyalah yang agaknya membuat teknologi Web menjadi sangat populer dewasa ini. Asalkan saja seseorang bisa memakai mouse, maka dia sudah dapat menikmati sajian di Web. Asalkan saja seseorang bisa mengerti sedikit saja HTML, maka dia sudah dapat mempublikasikan banyak hal ke seantero bumi.
Bahkan, pada saat ini tidak lagi dibutuhkan pengetahuan mengenai HTML untuk mempublikasi apapun di Web sebab sudah sangat banyak software untuk membuat dokumen web dengan cara yang mudah. Kemudahan dan keleluasaan mengupdate content situs web merupakan salah satu karakter teknologi Web yang bukan saja harus dimanfaatkan, melainkan juga harus diakomodasi pengelola situs web. Hal ini sangat berkaitan dengan kultur pengakses Internet yang juga sangat dimanjakan oleh teknologi Web untuk mendapatkan informasi kapan pun dengan mudah dan cepat. Itulah sebabnya, sebuah situs web tidak akan pernah dibatasi oleh periodisasi penerbitan. Kapanpun terjadi peristiwa penting, secepat itu pula pengelola situs web selayaknya mengupdate isi situs Web-nya.
Mereka yang sangat menikmati kemudahan dan keterbukaan teknologi Web adalah perusahaan atau organisasi non-pers. Mereka tak lagi tergantung dengan lembaga pers di dalam hal melakukan publikasi informasi. Bahkan perusahaan ataupun organisasi non-pers tersebut bisa bertindak menjadi organisasi pers. Itu semua, sekali lagi, berkat teknologi web. Sehingga di dunia maya kedudukan lembaga pers dan nonpers sama sederajat.
Salah satu contohnya adalah apa yang dilakukan oleh PBNU dengan meluncurkan NU Online (www.nu.or.id). NU Online tak sekadar menjadi alat publikasi atau sarana public relations bagi PBNU, tetapi sekaligus menjadi sebuah media massa. Sebuah media massa yang bekerja sebagaimana lazimnya lembaga pers.
Hal itu terlihat jelas dari menu-menu yang disajikan NU Online. Ada WARTA yang menyajikan berita-berita aktual. Lalu menu-menu - WARTA DAERAH, ANALISA BERITA, KOLOM, DLL - yang lazim ditampilkan oleh sebuah situs pers. Bahkan NU Online tak ketinggalan mengusung ciri khas salah satu tokoh utamanya (Gus Dur) yang gemar guyonan dengan menampilkan menu HUMOR.
Semangat NU Online menyajikan informasi terkini memang terlihat sangat menonjol. Lihat saja pada edisi Kamis (10/7/2003) sehari sebelum NU Online diluncurkan secara resmi, NU Online merasa perlu menampilkan berita "Presiden Megawati Buka Raimuna".
Saking bersemangatnya menampilkan informasi terkini sebagaimana yang tercermin dari menu-menu NU Online, rupanya NU Online, sebagai situs resmi PBNU - sebuah organisasi umat Islam terbesar di dunia - lupa menampilkan menu yang sebenarnya justru berada di dalam lingkup kompetensinya, yakni JADWAL SHOLAT (setidaknya saat makalah ini ditulis menu itu belum ada).
Kompetensi inilah yang nampaknya hares dicermati oleh para pengelola NU Online. Sebab, ketika NU Online terlalu menggebu-gebu, mungkin secara tidak sadar, menjauhi kompetensinya, NU Online akan bisa gagal menuai hasil yang diharapkan. Mengingatkan kompetensi ini bukan bermaksud untuk melemahkan semangat bersitus-ria yang sudah berada di trek yang benar, namun bertujuan untuk agar pengelola NU Online menyandingkan trek yang sudah benar itu dengan kompetensinya.
Trek bersitus-ria yang sudah benar itu, jika digabungkan dengan kompetensi NU sebagai lembaga sosial keagamaan yang hebat itu, hampir bisa dipastikan akan membuah hasil yang menyenangkan. Kerja besar pun jadi tidak sia-sia.
Kemudian interaktivitas memang menjadi salah satu kunci dari teknologi Web yang hares disajikan oleh pengelola situs web kepada para pengaksesnya. Interaktivitas ini pula yang membedakan gaya