Hendrajit*
Banyak orang mungkin sudah lupa musibah yang kejadian pada Januari 2006. Di gedung tingkat tiga laboratorium Mikrobiologi Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN), terjadi ledakan yang mengakibatkan 22 orang luka-luka bakar yang cukup parah. Laboratorium Mikrobiologi tersebut berlokasi di jalan Percetakan Negara 29 Jakarta Pusat.
Ledakan yang terjadi di gedung milik Departemen Kesehatan (Depkes) itu boleh jadi sekarang sudah dianggap sebagai kecelakaan biasa. Apalagi Makbul Padmanegara, Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri ketika itu, mengesampingkan kemungkinan ledakan tersebut berasal dari bom atau aksi teror. Meski Makbul ketika itu tidak menyangkal telah diketemukannya nitrogen cair dan CO2. Dengan kata lain, pihak kepolisian ketika itu membantah adanya unsur kesengajaan dalam kasus peledakan tersebut.
Namun <>belakangan berkembang satu informasi penting yang agaknya justru lebih penting daripada peristiwa peledakan itu sendiri. Yaitu fakta bahwa di komplek gedung ini pula berkantor The Naval Medical Research Unit 2 atau yang lebih dikenal dengan NAMRU-2.
Sekadar informasi, Unit 2 Penelitian Medis Angkatan Laut alias NAMRU-2 merupakan bagian dari Angkatan Laut Amerika Serikat. Dan menariknya, badan yang resminya didirikan untuk mempelajari penyakit-penyakit tropis ini, berkantor di Departemen Kesehatan, jalan Percetakan Negara 29, Jakarta Pusat. Pada tataran ini sebenarnya cukup beralasan karena, NAMRU-2 didirikan di Indonesia agar dapat bekerjasama dengan Departemen Kesehatan Indonesia untuk menangani masalah-masalah kesehatan demi kepentingan bersama sebagai bagian dari pengembangan kesehatan nasional Indonesia.
Maka itu, sebagaimana bisa dilihat melalui situas Kedutaan Amerika di Jakarta, Staf NAMRU-2 bekerjasama dengan Departemen Kesehatan Indonesia di bidang pengembangan sumber daya manusia, pembangunan kelembagaan, dan penelitian serta pengawasan penyakit-penyakit menular.
Ini dilakukan, begitu menurut situs kedutaan Amerika tersebut, dalam rangka Misi NAMRU-2 untuk mengadakan penelitian, percobaan-percobaan dan evaluasi atas penyakit-penyakit menular demi memajukan kesehatan, keamanan dan kesiapan Pasukan Bersenjata A.S.agar dapat bekerja secara efektif di masa damai dan dalam menjalankan misi-misi darurat di seluruh Asia Tenggara.
Nah, justru dalam kerangka misi NAMRU-2 inilah, belakangan berkembang informasi yang kurang sedap berkenaan dengan kiprah NAMRU-2 di Indonesia. Menurut informasi dari sebuah LSM yang bergerak di bidang advokasi kesehatan, sejak akhir 2006 dan awal 2007, ada sekitar 25 orang yang mati terkena infeksi virus karena adanya penyebaran virus yang tidak dikenal. Yang mengejutkan dari informasi ini, infeksi virus tak dikenal yang memakan korban jiwa tersebut akibat eksperimen biologis tertutup yang diadakan oleh NAMRU-2.
Tentu saja informasi ini harus dikonfirmasi lebih lanjut baik kepada pihak NAMRU-2 maupun Departemen Kesehatan RI. Maklum NAMRU-2 beralamat lengkap di Kompleks P2MPLP/Litangkes JL. Percepakan Negara No. 29 Jakata Pusat Indonesia.
Yang lebih mengejutkan lagi, sumber penulis menginformasikan bahwa ternyata NAMRU-2 tidak sekadar melakukan penelitian tentang penyakit tropis, tapi sudah meluas dalam penelitian aplikasi militer seperti pembuatan senjata bioteroristik. Semacan Weapon of Mass Destruction (WMD) khusus dalam persenjataan biologis. Bahkan pada perkembangannya kemudian, justru menjadi agenda utama NAMRU-2.
Dengan demikian, masih menurut sumber informasi penulis, perhatian khusus NAMRU-2 dalam penelitian virus influenza, malaria, kolera, tipus, demam berdarah, HIV/AIDS, tuberkulosa/TBC dan lain sebagainya, pada dasarnya dan tujuan utamanya adalah untuk kepentingan militer Amerika.
Satu hal yang kiranya Departemen Kesehatan perlu segera meminta konfirmasi adalah apa benar bahwa penyebaran virus tidak dikenal yang kabarnya sempat memakan korban jiwa sekitar 25 orang tersebut, memang berasal dari kantor NAMRU-2 yang berlokasi di pusat kota Jakarta. Karena dari berbagai informasi yang berhasil penulis himpun, berdasarkan pemeriksaan tempat tinggal orang-orang yang terkena infeksi maupun di berbagai klinik lokal, ternyata tidak berhasil menemukan virus-virus apapun yang selama sudah dikenal dan memiliki ciri khas yang jelas untuk kawasan ini.
Sehingga alasan utama yang diberikan versi pihak kesehatan adalah bahwa penyakit ini diakibatkan oleh porsi kecil virus biologis yang belum dikenal.
Tapi, ini baru sebagian dari cerita. Yang lebih mengerikan lagi, juga berkembang informasi bahwa spesialis-spesialis NAMRU-2 juga telah menjadikan jasad orang-orang yang sudah mati sebagai obyek eksperimen untuk meneliti reaksi organisme manusia yang diakibatkan virus tersebut. Nah apakah ini ada kaitannya dengan peristiwa ledakan di laboratorium Mikrobiologi PPMON?
Hanya Allah yang tahu. Namun sekadar catatan. Meski pihak kepolisian tidak melihat adanya bahan kimia yang bersifat eksplosif dalam ledakan tersebut, namun pengakuan pihak Sampunrno dari pihak PPMNON menarik juga untuk disimak. Menurut Sampurno ketika itu, di ruang vaksin Campak dan Polio serta vaksin BCG yang berada tepat di samping ruang potensi mikrobiologi hanya tersimpan bahan kimia padat non-eksplosif seperti tangki cairan nitrogen, NaCl, Na2CO3, AgCl2, H2PO4, K2Hpo4, dan dua tabung karbon dioksida (CO2).
Sedangkan Di lab Mikrobiologi yang berada di lantai tiga tidak tersimpan bahan kimia yang bersifat eksplosif. Yang ada cuma agar, alkohol teknis, aceton, aquadest, baku pembanding antibiotik, isopropyl mirisat dan HCl 0,1 N," katanya.
Atas dasar fakta tersebut dan terkait dengan berkembangnya informasi mengenai eksperimen tertutup yang dilakukan oleh NAMRU-2, maka dengan adanya bahan padat non-eksplosif maupun bahan-bahan yang terdapat di laboratorium Mikrobiologi, tentunya tetap menarik untuk menganalisis potensi dan kegunaan bahan-bahan kimian non eksplosif tersebut.
Kepala Badan Riserse dan Kriminal Polri Makbul Padmanegara boleh jadi benar bahwa ledakan tersebut bukan merupakan aksi teror dan bukan ledakan yang dipicu oleh bom. Namun jika memang ada keterkaitannya dengan informasi tentang misteri NAMRU-2, mungkinkah ledakan di Percetakan Negara 29 tersebut didasari motif untuk melenyapkan bahan bukti? Lagi-lagi, semua ini perlu investigasi dan konfirmasi untuk memastikan benar tidaknya informasi tersebut.
Yang jelas, jika Departemen Kesehatan maupun berbagai instansi pemerintahan yang terkait tidak segera meminta konfirmasi dari NAMRU-2, maka kegiatan laboratorium Amerika yang dilakukan para staf NAMRU-2, maka situasi ini cepat atau lambat akan menimbulkan ancama yang merugikan keselamatan jiwa masyarakat di kawasan Asia Tenggara. Apalagi proyek-proyek penelitian-penelitian aplikasi militer berkedok Penelitian Medis ala NAMRU-2 juga dilakukan Amerika di Filipina dan Thailand.
Kedua, berkembangnya informasi bahwa penelitian ini bersifat tertutup, maka tidak tertutup kemungkinan Departemen Kesehatan tidak tahu menahu mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan NAMRU-2 dalam penelitian aplikasi militer berkedok penelitian medis Angkatan Laut dalam bidang penyakit menular.
Karena itu, Departemen Kesehatan dan bahkan bila perlu, pihak keamanan, harus segera melakukan langkah-langkah preventif dan antisipatif. Jika kelak informasi ini terbukti tidak berdasar, tentunya syukur Alhamdullilah. Seperti pepatah para pakar strategi, meski kita berharap yang terbaik, namun kita harus bersiap-siap menghadapi situasi yang terburuk.
Dalam analisa intelijen, sekecil apapun sebuah informasi, jika mengandung keanehan dan keganjilan, maka harus dibaca sebagai petunjuk untuk menggali lebih lanjut apa yang ada di balik keanehan tersebut.
Penulis adalah Direktur Eksekutif Global Future Institute (GFI).