Oleh Achmad Zamzami
Tinggal beberapa hari IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) akan menggelar agenda rapat terbesar yang akan dihadiri oleh kader-kader IPNU dari seluruh nusantara yaitu Kongres IPNU ke XVII di Asrama Haji Palembang Sumsel 30 November - 4 Desember 2012. Pemilihan seorang Ketua Umum baru IPNU Periode 2012-2015 dilaksanakan.
<>
Pemimpin idaman yang seperti apa? Apakah hanya cukup adil, bijaksana, berwibawa, berkharisma? Hal itu saya rasa hanya sebagian dari beberapa elemen terkait sifat seorang pemimpin. Namun pada dasarnya setiap pribadi dari seorang muslim adalah pemimpin. Ia diciptakan dengan segala potensi yang memungkinkannya untuk mengelola bumi dan umat manusia.
Bicara soal mencari pemimpin IPNU ke depan, kadang tak sedikit juga pemilihan seorang pemimpin itu menimbulkan kontroversi. Entah dari pribadi calon pemimpin itu sendiri yang kurang tepat atau sistem perekrutannya yang tidak sesuai. Kali ini saya tidak akan mengutarakan bagaimana Islam memilih seorang pemimpin karena dalam hal muamalah hal itu sudah cukup jelas. Jika dilihat dari kacamata Islam, tentulah akan merujuk pada pemimpin terbaik pada masa Rasulullah SAW dengan empat sifat-sifat utamanya yaitu shidiq, amanah, tabligh, dan fathanah.
Pemimpin dituntut memiliki integritas, bertanggungjawab, dan mampu berkomunikasi serta cerdas. Berpatokan dengan sifat-sifat tersebut, seorang muslim akan mampu menjadi pemimpin yang baik.
1. Memiliki visi. A Leader is one who knows the ways, shows the leads the way. Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mempunyai kejelasan visi, sederhana, dan terorganisir sesuai dengan tahapan menuju pencapaian visi yang telah dirancang. Kekuatan visi memang hanya dimiliki oleh sebagian kecil orang saja. Namun, seseorang harus memilikinya sebagai modal dalam memimpin.
2. Mampu memahami taste dan preference. Seorang pemimpin bisa disebut berfikir efektif ketika ia mampu berpikir sebagaimana orang lain berpikir tentang suatu hal. Yang perlu ditanamkan bahwa di sini seorang pemimpin adalah memimpin (IPNU) atau bawahannya, bukan memimpin diri sendiri.
Jadi seorang pemimpin tidak bisa memaksakan kepentingan dan kebiasaannya kepada bawahannya. Kepeduliaan dan kepekaan seorang pemimpin kepada bawahannya sangat dibutuhkan. Dengan memahami taste dan preferensinya, maka seorang pemimpin akan memiliki pola yang tepat untuk memimpin rakyatnya.
3. Manajemen ego. Ketika kepercayaan terhadap seorang pemimpin sedikit saja jatuh, maka kepercayaan akan sulit dikembalikan. Salah satu cara menjaga kepercayaan adalah menghargai harga diri bawahannya. Dengan demikian, bawahannya akan menghargai atasannya. Seorang pemimpin hendaknya menunjukkan bahwa dirinya adalah seseorang yang sangat siap memimpin, bukan seseorang yang sangat ingin memimpin.
4. Rendah hati. Hampir semua orang tidak menyukai orang yang sombong dan mereka yang mementingkan egonya sendiri. Sejarah telah membuktikan bahwa pemimpin yang rendah hati berhasil membangun kepercayaan terhadap rakyatnya, termasuk Nabi Muhammad SAW. Dengan merasa bahwa dirinya tidak lebih baik dari rakyat ataupun bawahannya, seorang pemimpin dapat mengambil kepercayaan terhadap anggotanya untuk memimpin IPNU menuju jalan yang lebih baik.
Sedangkan seorang diktator yang mementingkan egonya sendiri, hanya akan menimbulkan keresahan dan kesengsaraan bagi organisasi. Seorang pemimpin IPNU sudah barang tentu haruslah jelas asal-usulnya serta memiliki rekam jejak yang jelas dalam konteks tingkat pengkaderan mulai dari Makesta, Lakmud, Lakut, Latpel dan asal-asalnya. IPNU terlebih lagi adalah sebuah organisasi pengkaderan yang notabene sebagai garda terdepan NU. Nasib NU 30 tahun mendatang ada di tangan IPNU.
Adapun beberapa nama calon Ketua Umum IPNU yang mencuat saat ini adalah Khairul Anam (Makasar), M Abdul Idris (Jateng), Abdurrahman S. Fauzi (Jatim/Jogja), Ahmad Muroddi (Jabar), Muhammad Nahdy (Jogja).
Semoga paparan di atas bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk mencari sosok pemimpin IPNU ke depan yang memberikan secercah harapan bagi kita semua. Wallahu a’lam.,
* Aktivis Pelajar NU.