Oleh Abdul Wahab Yahya
Allah SWT memberi nama lain bagi Al-Qur’an dengan Al-Furqan berarti sebagai pembeda: تبارك الذي نزل الفرقان على عبده. Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (Al-Furqon : 1).
Mayoritas mufassir (ahli tafsir) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Al-Furqon pada ayat di atas adalah Al-Qur'an. Al-Furqon adalah masdar yang makananya Allah telah menurunkan pemisah (fashl) dan farq (pembeda) antara benar dan salah. Kata fashl dan farq ini diturunkan di dalam Al-Kitab, sebagai pemisah antara tauhid dan syirik, antara al haq dan bathl.
Dikatakan Imam Al-Qurthubi, penyebutan Al-Qur’an sebagai Al-Furqân karena dua aspek. Pertama, karena membedakan antara kebenaran dan kebatilan, mukmin dan kafir. Kedua, karena di dalamnya terdapat penjelasan tentang perkara yang disyariahkan, baik yang halal maupun yang haram.
Penegasan Al-Qur’an sebagai pembeda meliputu pembeda antara syariah Nabi Musa dan syariah Nabi Isa. Meskipun keduanya sama-sama dari agama samawi, tetapi mempunyai karaktristik yang berbeda. Syariah nabi Musa yang sangat keras, dan lebih pada penegasan untuk penegakkan hukum, sedangkan syariah Nabi Isa menekankan pentingnya kasih sayang.
Maka di sini Al-Qur’an menjadi pembeda dari kedua syariah tersebut dan menampilkan syariah yang mengadopsi keduanya (syar'un ma qablana), di sisi lain terdapat penegakan hukum, tetapi memberi ruang untuk menekankan sikap toleran dan kasih syang.
Al-Qur’an menjadi pembeda konsep teologi kaum jahiliyah secara radikal, namun dalam domain sosial Al-Qur'an merevisi sistem sosial politik secara bertahap, seperti dalam konsep perhambaan Al-Qur’an mendorong agar tradisi buruk itu dihapuskan, dengan cara memberi pencerahan bahwa Allah memuliakan Bani Adam tanpa ada diskriminasi. Begitu juga ketika ada denda dianjurkan untuk memerdekakan hamba sahaya, dan amalan itu merupakan cermin dari kemuliaan.
Sebelum Al-Qur’an diturunkan, manusia telah berinteraksi dengan berbagai sistem peradaban, agama dan tradisi, maka Al-Qur’an hadir memberi penekanan untuk membedakan, mana saja tradisi yang bisa diteruskan dan mana saja tradisi yang perlu dihentikan. Dan dengan Al-Qur’anlah yang membedakan konsep pemikiran keagamaan yang sebelumnya, yaitu sperti agama samawi (Yahudi dan Nasrani) atau agama ardhi.
Sebelumnya manusia telah mengenal tatacara beribadah, maka Al-Qur'an datang sebagai pembeda tata cara ibadah yang perlu ditinggalkan dan menjalankan tatacara ibadah yang diajarkan Al-Qur’an.
Al-Qur’an memang pembeda dari kitab-kitab suci lainnya yang keontentikannya masih dalam berdebatan dan terdapat berbagai versi, sementara Al-Qur’an tetap terjaga keasliannya sebagaimana janji Allah انا نحن نزلنالذكر وانا له لحافظون
Al-Qur’an memang sangat perbeda dari kitab suci yang lain karena isinya sangat ilmiah, begitu filosofis dan komprehenship, mencakup berbagai aspek seperti peribadatan hukum, ekonomi, sains, perubatan dan bahkan aspek sejarah.
Al-Qur’an memang berbeda dari kitab suci yang lain. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang paling banyak dibaca oleh manusia. Al-Qur’an juga kitab suci yang paling banyak dihafal oleh manusia.
Semoga di bulan ramadhan ini kita mampu mengindentikan diri kita dengan Al-Qur’an dan dapat mengamalkan isi Al-Qur’an sehingga menjadi umat yang berbeda dengan yang lain, yaitu umat yang unggul dalam segala hal.
20 Ramadhan 1438 H
Penulis adalah Ketua Rijalul Ansor Jawa Timur