Opini

KEADILAN IMPLEMENTASI TAQWA

Selasa, 11 November 2003 | 14:11 WIB

Oleh : HM. Misbahus Salam*

Setelah enam pekan lamanya saya berada di Negara United Of Kingdom (Inggris), Mengikuti Short Couse Manejemen, dan mengikuti berbagai kegiatan yang sudah diatur oleh British Council dan PBNU diataranya; Pendidikan Leidership dan Menejement, Dialog dengan antar umat beragama, silaturrahim dengan tokoh-tokoh kampus, pejabat pemerintah, anggota parlement, kalangan masyarakat Indonesia yang study dan yang sudah menetap, serta berkunjung ketempat-tempat bersejarah dan city centre di Inggris, saya lalu teringat perkataan Muhammad Abduh (pemikir Islam terkenal) yaitu “Roaitu al-islama Qaanunan wala Imanan fi al-gharbiyah, wa-Roaitu al-islama Imanan wala Qaanunan fi-al-syarqiyah (saya melihat Islam secara peraturan, sistem dan tata nilai kehidupan berbangsa dan bernegara di Barat walaupun banyak masyarakatnya tidak beriman, tetapi saya melihat Islam dengan populasi muslim terbesar didaerah timur akan tetapi peraturan, sistem dan tata nilai kehidupan dalam berbangsa dan bernegara kurang islami).

<>

Perkataan Abduh ini setelah saya renungi selama saya berada di United of Kingdom (UK) ternyata dari realitas kehidupan masyarakat UK dapat disimpulkan memang benar. Hal itu dapat dianalisa dari peran pemerintah Inggris terhadap warga negaranya. Kehidupan masyarakat Inggris sungguh-sungguh diperhatikan oleh negaranya, misalnya pendidikan, anaka-anak sekolah dari tingkat Nurseri (TK),  (SD), Secondari School (SMP) sampai A-Level (SMU) semuanya bebas biaya dan ditanggung oleh pemerintah. Kesehatan, orang yang berobat ke rumah sakit walaupun operasi, sekalipun menghabiskan dana besar, semua biayanya ditanggung negara .Kesejahteraan, bagi orang yang belum punya pekerjaan atau pengangguran masih ditanggung dan dibayar oleh negara. Dan saya saksikan petugas kebersihan, pedagang kaki lima rata-rata mereka memiliki mobil dan hidup dengan layak. Keamanan, hampir setiap perjalanan antar kota satu dan kota lainnya saya lihat sapi, kuda, kerbau dilepas begitu saja dihamparan tanah luas tanpa ada yang jaga, dan mobil-mobil mewah rata-rata ada didepan rumah tanpa grasi. Ini semua kata orang Inggris karena alat dan sistem negara yang selalu mengacu pada konsep keadilan dan manusia harus dihargai sebagai manusia yang harus hidup mulya. Perjuangan seperti ini membutuhkan waktu lama yakni sejak Inggris menjadi negara yang meletakkan dasar demokrasi menjadi acuan dan sistem kenegaraan.

Lalu saya teringat kepada dasar negara Indonesia Pancasila, sila ke 2 (Kemanusian yang adil dan beradab) dan ke 5 (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Padahal dasar negara kita amat bagus tapi mengapa masih banyak rakyat yang hidup miskin?, mengapa masih banyak orang sakit tidak mampu berobat? Mengapa orang yang tergusur rumah dan gubuk warungnya menangis terjerit-jerit? Mengapa rasa tidak aman selalu menghantui kehidupan? Dan kenapa pelayanan negara tidak sampai menyentuh terhadap kebutuhan pokok masyarakat? Padahal bila dilihat dari potensi alam Indonesia lebih subur dan lebih kaya ketimbang Inggris. Mungkin saja karena masih banyak orang yang belum mengamalkan ajaran agama, termasuk implementasi keadilan dalam semua aspek kehidupan, sehingga Indonesia yang besar ini belum terentas dari musibah krisis.

Ada qaul ulama yang diungkap oleh Dr. Azzam Tamimi, Lecture di Markfield Institute Of Higher Education (MIHE) bahwa “Yanshurullahu al-daulata al-‘adilah walau katanat kafiratan, Wala yanshurullahu al-daulata al-dhalimata walau kanat muslimatan” (Allah Swt. Akan memberi pertolongan kepada negara yang adil walaupun masyarakatnya banyak yang kafir dan Allah tidak akan memberi pertolongan kepada negara yang dholim walaupun masyrakatnya banyak yang muslim). Perkataan ini sebanarnya merupakan anjuran bagi para pengelola negara untuk menegakkan keadilan. Karena hanya dengan keadilan manusia akan berada dalam posisi yang mulya. Al-Qur’an menyatakan I’dilu huwa aqrabu li-al-taqwa (bersikaplah adail kamu karena keadilan itu sangat identik dengan ketaqwaan).

Dalam ayat lain Al-Qur’an dijelaskan Wa-laqad karramna bani Adam (Kami mulyakan anak-anak adam). Firman Allah itu menuturkan kepada kita agar manusia ini berada dalam posisi sebagai makhluq yang mulya, yang harus diperhatikan nasib keamanannya, kesehataanya, dan kesejahteraan hidupnya. Karena itu Rasulullah menyampaikan bahwa cirri-ciri orang yang hidup bahagia itu bila tiga hal dipenuhi yaitu Al-Amna, Wa-al-Shihhata, wa-al-Kifayah.

Penyelenggara negara jangan berfikir dan bersikap hanya demi kepentingan pribadi dan kelompok. Kewajiban dalam tashrrufu amwali al-daulah atau penggunaan keuangan negara harus jelas-jelas diatas kepentingan dan hajat rakyat banyak, jika Negara itu ingin terhadap datangnya pertolongan Allah Swt.. Jika hanya demi kekayaan diri dan kelompok, atau demi kepentingan partai-partai politik dan rakyat hanya diwajibkan bayar pajak tentu qaul ulama la yanshurullah  (tidak akan ada pertolongan Allah) itu akan nyata dalam negara itu. Dengan begitu yang menjadi korban lagi-lagi rakyat yang tidak berdosa akibat sistem yang tidak lagi sesuai deng


Terkait