Nasional

Zawawi Imron: Sarjana Jangan Jadi Ilmuwan Kertas

Kamis, 25 Mei 2017 | 06:09 WIB

Bogor, NU Online
Kuliah Kerja Nyata (KKN) dapat difungsikan sebagai ajang untuk membaca kehidupan. Hal itu disampaikan Budayawan KH D. Zawawi Imron saat mengisi Seminar Nasional "Membangun Indonesia" yang digelar Keluarga Mahasiswa Nahdatul Ulama (KMNU) Institut Pertanian Bogor (IPB), Kamis (25/5).

Menurut kiai yang dijuluki penyair celurit emas ini, melalui KKN, Indonesia pernah memiliki mahasiswa Pendekar KKN dari IPB.

"Tahun 1960-an, ada mahasiswa IPB pergi ke Pulau Seram. Namanya Kasim Arifin. Tiba di sana dia tidak langsung pulang. Setelah sepuluh tahun lebih keluarganya bertanya di mana anakku?" cerita Kiai Zawawi.

"Rupanya Arifin masih ada di Pulau Seram. Apa yang terjadi? Arifin mengajak masyarakat membelah gunung, mengalirkan air dari gunung yang digali hingga mengaliri tanah yang kering. Tanah tadah hujan berubah jadi subur, masyarakat pun berubah," lanjut Kiai Zawawi.

Sepulang ke IPB, Arifin, tanpa ujian, langsung mendapat gelar insinyur. Kiai Zawawi menegaskan bukan gelar insinyurnya yang ingin ditonjolkan. Tetapi adalah etos kerja dan semangat yang dimiliki.

"Seperti air hujan yang jatuh ke bumi yang mampu menghancurkan batu," kata Kiai Zawawi.

Dengan kata lain seorang sarjana lebih-lebih di era kemajuan pendidikan jangan menjadikan ilmunya sebagai ilmu kertas. "Jangan menjadikan ilmu hanya ilmu kertas, tetapi harus mampu mengkaji kehidupan. Kalau hanya mengandalkan ilmu kertas, akan mematikan kehidupan," ujarnya.

Selain etos kerja, juga diperlukan hati yang kreatif. "Hati yang kreatif selalu beksperimen. Kalau bisa seperti itu mahasiswa tidak akan menjadi pahlawan yang gagal," lanjutnya.

Ia pun berkeyakinan seorang sarjana IPB tidak akan jadi pengangguran, karena di IPB telah diajarkan bagaimana mengkaji ilmu dan memanfaatkannya. (Kendi Setiawan/Fathoni)


Terkait