Jakarta, NU Online
Membangun epistemologi keilmuan nusantara, tak terkecuali paradigma kelautan yang menjadi budaya maritim tidak hanya melalui dimensi rasionalitas, tetapi juga mencakup dimensi spiritualitas. Dimensi spiritualitas ini yang dibawa para pelaut ulung zaman dulu ke nusantara.<>
Demikian disampaikan oleh Ketua PP Lesbumi NU, Dr Zastrouw Ngatawi dalam seminar bertajuk ‘Maluku sebagai Inti Poros Maritim’, Kamis (16/4) di lantai 8 Kantor PBNU Jl Kramat Raya Jakarta.
Dalam seminar yang terselenggara atas kerja sama PP Lesbumi NU dengan Forum Perjuangan Kebangsaan Maluku (FKPM) ini, Zastrouw menegaskan, bahwa Maluku dan daerah-daerah lain di Indonesia adalah bangsa bahari.
“Bukan bangsa kontinental yang terpinggirkan karena dijajah selama berabad-abad oleh kolonialis Belanda maupun Jepang,” ujarnya.
Mantan asisten pribadi Gus Dur ini juga menambahkan, paradigma nusantara berbasis kelautan inilah yang membuat kita memiliki filosofi bahari yang sangat kuat. Seperti contoh filosofi TNI AL yang menyatakan bahwa Jales Veva, Jaya Mahe, “Di Laut, Kita Jaya”.
“Dari kegiatan semacam ini, kita berupaya membangun dan meneguhkan nusantara sebagai poros maritim dunia, dimulai dari Maluku sebagai bangsa bahari yang kuat, inilah social capital kita,” tandasnya.
Seminar yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab ini juga mengahdirkan beberapa narasumber diantaranya, dosen Pascasarjana Universitas Pattimura, Prof Dr Alex Retaubun, dosen Teknik Kelautan ITS, Taufik Fazar Nugroho, dan Pengurus FKPM, Amir Hamzah. (Fathoni)