Semarang, NU Online
Wakil Katib Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah KH Nasrullah Afandi mengemukakan, di era menjamurnya media sosial (medsos) ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang paling rawan serangan 'virus' perusak ibadah.
"Saya berpesan kepada petugas haji untuk fokus melayani jamaah, jangan malah sibuk main medsos, selfi, dan sibuk kirim foto, sementara tugas-tugasnya terabaikan," ucapnya.
Demikian disampaikan dalam tausiyah pelepasan 254 orang Petugas Haji Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 di Semarang, Jumat (28/6) lalu di Semarang.
Gus Nasrul, begitu kiai iti akrab disapa mengawali tausiyahnya dengan mengutip pendapat ulama besar Tasawuf Imam Ibnu Atoillah As-Sakandari, dalam kitabnya Al-Hikam: "Amal ibadah yang sangat memungkinkan untuk diterima oleh Allah SWT, adalah amal ibadah yang dilupakan oleh yang mengerjakannya, tidak diingat-ingat dan tidak disebut-sebut lagi. Juga menganggap amal ibadah yang telah dilakukan tersebut sangat sedikit dan tidak berarti," tutur Doktor Maqashid Syariah Cumm laude Universitas al-Qurawiyin Maroko ini.
Sedangkan di medsos konteks ibadah haji, mulai baru daftar haji, banyak orang sudah diposting di medsos dengan kalimat "Alhamdulillah sudah daftar haji", seolah-olah bersyukur. Fenomena semacam itu, dikhawatirkan dalam hatinya ada gejala riya (ingin disanjung oleh sesama manusia). "Maka hal semacam itu, lebih utama di jauhi," jelas mubaligh NU alumnus pesantren Lirboyo kediri ini.
Apalagi fenomena dunia maya, nyata-nyata banyak terdapat mulai persiapan keberangkatan haji, lebih-lebih, ketika jamaah sudah sampai di Makkah dan Madinah, banyak yang terlena dengan glamor medsos. "Mereka bukannya fokus ibadah, mendekatkan diri pada Allah SWT dan mohon ampunan, tapi banyak yang justru meluangkan waktunya asik berselancar di
medsos, mengupload segala macam aktivitasnya selama perjalanan ibadah haji," papar mubaligh yang serba bisa ceramah di berbagai forum kota hingga kampung pedalaman ini.
Dalam rilis yang diterima NU Online, Ahad (30/6), Gus Nasrul pun berharap kepada para petugas haji, untuk bisa ikut serta meminimalisir atau mengarahkan para jamaah haji supaya tidak sibuk dengan medsos.
"Memang, banyak juga yang saat melaksanakan ibadah haji tidak mau posting atau upload aktivitasnya. Tapi setelah pulang dari haji, semua amal ibadah atau aktivitasnya yang berkaitan dengan ibadah haji di upload semua di berbagai medsos, gejala itu juga sama menyedihkannya, hanya menunda pamer ibadahnya," urai Gus Nasrul.
Dikatakan, jika masih ada petugas atau jamaah haji masih sibuk dengan medsos, sungguh disayangkan ibadah hajinya menjadi rusak karena upload di medsos mencari riya (sanjungan dari sesama manusia) atau sum'ah (popularitas/ pencitraan).
"Padahal sungguh banyak jamaah yang ngantri bertahun-tahun lamanya ingin benar-benar beribadah haji. Bahkan lebih banyak lagi yang ingin berangkat ibadah haji, tapi sama sekali tidak ada kemampuan biaya," lanjut kiai muda Pesantren Balekambang Jepara ini.
Gus Nasrul juga mengingatkan para calon jamaah haji, dengan mengutip pedapat Imam Abu Laits As-Syamarqandi dalam kitabnya Tanbihul Ghofilin, bahwa di antara syarat atau prosedur supaya Ibadah diterima, adalah adanya niat murni mengharap ridha Allah SWT, tanpa ada unsur duniawi atau politis.
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo yang didampingi Wakil Gubernur KH Taj Yasin dalam kesempatan itu berpesan agar para petugas haji dari Provinsi Jawa Tengah yang berjumlah 254 orang itu untuk melayani 30.255 jamaah haji asal Jawa Tengah.
"Agar para petugas haji bisa memberi contoh kepada para jamaah haji seluruh indonesia dalam hal kesopanan dan kesantunan pergaulan selama musim haji. Karena turut serta membawa nama harum Indonesia di mata dunia internasional," papar Gubernur Ganjar. (Mustaqim/Muiz)