Nasional

Tradisi Ontalan Warnai Idul Fitri

Rabu, 30 Juli 2014 | 11:32 WIB

Jember, NU Online
Tradisi “ontalan” selalu mewarnai lebaran di desa-desa. Ontalan adalah pemberian uang sekedarnya bagi anak-anak oleh orang tua yang dikunjungi dalam rangka silaturrahmi selama Lebaran. Jumlah pemberian uang itu bervariasi antara Rp. 2.000 hingga 10.000,- untuk setiap anak.
<>
“Itu khusus bagi anak-anak, sekadar untuk menghibur sekaligus melatih anak-anak untuk melakuan silaturrahmi bagi saudara-saudarnya. Tapi kalau sudah besar, dikasih ontalan, ya gak lucu,” ujar Drs. H. Abdul Hadi, tokoh masyarakat Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, kepada NU Online di kediamannya saat open house kemarin (28/7).

Dalam kebiasaan masyarakat Jawa Timur, khususnya yang rumpun Madura, saat Lebaran tiba, ada kebiasaan saling mengunjungi, terutama di antara sanak saudara dan tetangga dekat. Dalam kunjungan tersebut, biasanya membawa kue dan nasi lengkap dengan lauk pauknya. Anak-anak juga ikut serta. Di setiap kunjungan tersebut, si pengunjung disediakan jamuan makan, dan si pengnjung harus makan meski sedikit.

“Jadi bayangkan, kalau di setiap rumah disuruh makan, ya harus makan walaupun sedikit-sedikit. Kalau tidak makan, dianggap kurang rasa persaudaraannya. Saya kira ini ada pesan dakwahnya, yaitu jangan kita pelit-pelit untuk memberi makan tamu. Begitu pulang, anak-anaknya diberi ontalan,” lanjut Dekan Fisip Universitas Islam Jember itu.

Tradisi kunjungan berbalas kunjungan itu, biasanya berlangsung hingga di  7 hari. Di hari ketujuh Lebaran itu, biasanya dilaksanakan “telasan katopak”. Yaitu masing-masing rumah tangga membuat makanan ketupat kuwah untuk dibuat selamatan atas selesai dan suksesnya Lebaran. (Aryudi A. Razaq/Mahbib)


Terkait