Nasional

Tiga Cinta yang Mengelisahkan Kiai

Selasa, 2 Mei 2017 | 11:42 WIB

Jember, NU Online
KH Hasyim Muzadi dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan tenang. Ia tak pernah grusa-grusu dalam menyikapi sesuatu. Kata-katanya terukur, runtut  dan tersusun rapi. Tak jarang, humornya juga keluar di sela-sela ceramahnya yang menyejukkan. 

Namun, jangan dikira Ketua Umum PBNU masa khidmah 1999-2010 itu tak pernah mengalami kegelisahan. Sebagai manusia biasa, ia kerap gelisah, khususnya terkait dengan cinta. 

"Ada tiga kegelisahan cinta yang beliau rasakan. Beliau sangat gelisah bila ada yang mengusik tiga cinta itu," kata pengasuh Pesantren Al-Hikam, Malang, KH Mohammad Nafi' saat menyampaikan pesan dan kesannya tentang sosok Kiai Hasyim pada Tahlil dan Halaqah Kebangsaan di Masjid Sunan Kalijaga, Jember, Jawa Timur, Jumat (28/4) malam.

Menurut KH Mohammad Nafi' tiga cinta Kiai Hasyim itu adalah cinta terhadap Islam Ahlissunnah wal Jama'ah (Aswaja), cinta terhadap Nahdlatul Ulama dan cinta kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kiai Hasyim sangat gelisah jika trilogi cinta itu diusik. 

Dikatakannya, Kiai Hasyim akan membela sepenuh hati jika salah satu dari trilogi cinta itu diganggu. Pembelaan itu seringkali diungkapkan di depan publik saat berceramah dengan penyampaian bahasa yang santun, tapi mengena. 

"Beliau sangat arif dalam menyampaikan pesan-pesannya, tapi berbobot," ucapnya.

Kegelisahan Kiai Hasyim juga dibenarkan oleh KH Afifuddin Muhajir. Pada kesempatan tersebut, kiai di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur ini melihat bahwa Kiai Hasyim tidak hanya gelisah soal Islam Ahlissunnah wal Jama'ah di dalam negeri, tapi juga di manca negara. 

Menurutnya, setelah peristiwa teror 9/11 di Amerika, kegelisahan Kiai Hasyim semakin tampak. Sebab, banyak negara yang menjadi basis Islam Ahlissunnah wal Jama'ah justru mengalami tekanan, bahkan hancur berantakan.

Karena itu, lanjutnya, agar Islam Ahlissunnah wal Jama'ah tidak hilang, Kiai Hasyim pernah berinisiatif untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat Islam Ahlissunnah wal Jama'ah agar bisa  menjadi rujukan negara-negara lain. 

"Namun kondisi di Indonesia sendiri tidak memungkinkan, tidak kondusif," jelasnya.

Acara tersebut digelar IKA PMII Jember dalam rangka memperingati 40 hari wafatnya Kiai Hasyim. Selain dihadiri sejumlah kiai dan tokoh masyarakat, seketar 350 warga juga hadir dalam acara tersebut. (Aryudi A. Razaq/Abdullah Alawi)
 


Terkait