Imam Masjidil Haram Syekh Sholeh mengunjungi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, Jumat (5/5) siang. Dalam kunjungan ini, Syekh Sholeh menyampaikan bahwa sejak kedatangan sekolah formal, halaqah di masjid-masjid mulai tersingkir.
"Masjid jadi sepi," katanya.
Oleh karena itu, ayahandanya, Syekh Abdullah bin Humaid, mendirikan pesantren di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi untuk mengantisipasi hal tersebut. Ia mengatakan bahwa masjid atau ma'had perlu mengeluarkan ijazah seperti sekolah formal.
Sementara Kiai Said menceritakan bahwa banyak ulama Indonesia belajar di Masjidil Haram. Di antaranya, Syekh Nawawi bin Umar Al-Bantani dan Syekh Ahmad Khatib Minangkabau. Keduanya merupakan ulama Nusantara berkelas internasional. Kualitas keilmuan mereka diakui ulama di Timur Tengah.
Di samping itu, Kiai Said menjelaskan kepada Syekh Sholeh bahwa ulama Indonesia mendirikan banyak pesantren. Sidogiri, Kiai Said mencontohkan, santrinya mencapai 40 ribu. Lirboyo, lanjut Kiai Said, santrinya lebih dari 15 ribu.
"Itulah peranannya ulama (mendirikan pesantren)," kata Syekh Sholeh.
Syekh Sholeh mengunjungi PBNU dalam rangka silaturahmi dengan ormas-ormas Islam di Indonesia. Setelah dari PBNU, ia berencana mengunjungi Kantor Muhammadiyah.
Dalam pertemuan ini, Syekh Sholeh dan PBNU tampak mendiskusikan tema nasionalisme. “Rasulullah SAW itu seorang nasionalis,” kata Syekh Sholeh.
Pada kunjungan tersebut, Syekh Soleh bin Abdullah bin Humaid disambut segenap pengurus harian Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Tampak hadir Rais Syuriyah KH Subhan Makmun, Ketua PBNU H Eman Suryaman, Ketua KH Abdul Manan Ghani, Sekjen H Helmy Faisal Zaini, Bendahara Umum H Ing Bina Suhendra. (Syakir NF/Alhafiz K)