Nasional

Tentang Kerajaan Ubur-ubur, Ini Menurut Lembaga Dakwah PBNU

Rabu, 15 Agustus 2018 | 15:49 WIB

Jakarta, NU Online 
Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) mengatakan, persoalan tauhid atau akidah dalam agama Islam itu bersifat final. Berbeda jika yang menjadi persoalan itu dalam ranah khilafiyah, maka boleh terjadi perbedaan pendapat.

"Kalau kaitannya dengan Allah, tauhid, akidah, keimanan, ini sudah final," kata Sekretaris LD PBNU KH Bukhori Muslim di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Selasa (14/8).

Terkait terkuaknya Kerajaan Ubur-ubur di Serang, Bukhori berpendapat bahwa  ajaran-ajarannya tidak sesuai dengan Islam karena menyebut bahwa Ka'bah bukan kiblat, melainkan sebagai tempat untuk memuja, alasan mencium Hajar Aswad karena mirip kelamin perempuan, Allah mempunyai makam, dan Nabi Muhammad disebut berjenis kelamin perempuan.

"Kalau ada keyakinan bahwa Allah itu mempunyai kuburan, itu tidak benar. Menyekutukan Allah saja musyrik," ucapnya.

Ia mengatakan, orang-orang yang keliru memahami ajaran Islam disebabkan tidak mempunyai guru yang jelas. Padahal menurutnya, dalam belajar ilmu agama harus mempunyai guru dengan sanad yang tersambung hingga Allah.

"Nah, ini gurunya gak nyambung, kok mengaku Nyai Roro Kidul, ini jelas salah," ucapnya.

Adapun adanya dugaan Kerajaan Ubur-ubur yang hanya menjadi kedok penipuan, ia mengaku tidak heran karena Indonesia mempunyai banyak pengalaman penipuan atas nama ajaran agama, seperti kasus Dimas Kanjeng yang menipu masyarakat dengan mengaku mampu menggandakan uang. Sebab itu, katanya, sudah tepat jika kasus ini ditangani pihak kepolisian. 

Seperti diberitakan, pada Senin (13/80), Polresta Serang bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat mendatangi rumah milik Rudi dan Aisyah, di Sayabulu, Kota Serang, Banten. Keduanya diduga menganut aliran yang bertentangan dengan ajaran Islam melalui Kerajaan Ubur-ubur yang didirikannya. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)


Terkait