Pontianak. NU Online
Paham radikalisme (kekerasan) mengatasnamakan Islam makin menggeliat di Kalbar. PWNU PWNU Kalbar punya kewajiban untuk menangkal paham tersebut. Bahkan, pekerjaan tersebut dinilai sangat berat.
<>
“Kita akui, paham radikalisme semakin banyak merasuki pemikiran umat Islam khususnya di Kalbar. NU Kalbar merasakan upaya untuk menangkal paham tersebut sangat berat. Untuk itu butuh komitmen seluruh ulama NU untuk menangkalnya,” kata Ketua Tanfiziah PWNU Kalbar, M Zeet Hamdy Assovie di kediamannya, kemarin (17/12).
Zeet yang juga Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalbar mengatakan, terorisme itu muncul karena adanya paham radikalisme. Paham tersebut selalu menganggap golongan mereka paling benar, paling soheh, dan paling hebat. Lalu, menganggap kelompok lain kafir.
“Ketika mereka merasa tertekan, lalu mengatasnamakan agama Islam untuk melakukan kekerasan. Anehnya, dengan yel-yel Alllahu Akbar, lalu menyikat kelompok lain,” paparnya.
PWNU mengakui, gerakan radikalisme ini memiliki jaringan rapi dan terorganisir. Bahkan, memiliki sumber dana besar. Mereka bisa saja masuk ke pelosok Kalbar.
“Makanya, inilah tugas berat bagi PWNU untuk membendung paham tersebut. Bila paham tersebut terus menghantui, kita khawatirkan Kalbar yang damai dan tenteram menjadi penuh konflik. Itulah yang tidak kita inginkan,” tegas Zeet yang juga Sekda Kalbar.
PWNU selalu berusaha untuk merangkul atau berkawan dengan kelompok apa saja. Bahkan, NU Kalbar tidak ragu untuk melakukan silaturahmi dengan kelompok agama lain.
“Sebagai contoh, pada saat Safari Ramadan dua tahun lalu, kita berkunjung ke Persekolahan Katolik di Nyarungkop Singkawang. Di sana kita menyerahkan bantuan untuk siswa Katolik,” ujarnya.
“Apa yang PWNU lakukan itu memperlihatkan sisi humanis dari Islam itu sendiri. Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam harus membawa kedaiaman di bumi. Bukan justru membawa kebencian bagi agama lain,” pungkas Zeet.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: Rosadi Jamani