Tahun Politik, Gus Sholah Minta Masyarakat Jaga Kondusifitas Negara
Senin, 12 November 2018 | 01:45 WIB
Jombang, NU Online
Pemilihan umum (Pemilu) tahun depan diharapkan menjadi ajang pesta demokrasi yang sehat dan berkualitas, sehingga diharapkan dapat melahirkan sosok pemimpin yang membawa negara besar ini lebih maju dan sejahtera. Harapan tersebut disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, KH Salahuddin Wahid saat menjadi nara sumber dalam seminar nasional Aktualisasi Resolusi Jihad Untuk Persatuan Bangsa Menuju Pemilu Damai di Tebuireng, Jombang, Ahad (11/10).
Menurutnya, sebagai sebuah pesta demoktasi dengan biaya tinggi, maka Pemilu tahun depan harus menjadi event yang berkualitas, aman dan mampu menyodorkan pemimpin yang berkualitas pula.
“Sebab, di situlah (Pemilu) nasib bangsa Indonesia ditentukan,” terangnya.
Ia menceritakan rangkaian Pemilu sejak tahun 1955. Dikatakannya, Pemilu yang pertama kali tersebut cukup baik dan aman. Saat itu partai dengan dasar Islam, Pancasila dan komunis bisa rukun. Tidak ada korban jiwa, mobil dibakar, dan jujur serta adil diterapkan bukan diucapkan.
“Hal itu seperti tertulis dalam puisi Taufiq Ismail,” lanjutnya.
Cucu Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari ini menjelaskan, hampir setiap pergantian pucuk pimpinan negara, punya kisah sendiri dan terkadang memilukan. Saat Soekarno diganti Suharto, diawali kasus PKI. Begitu juga saat Suharto diganti Habibie , terjadi demo mahasiswa. Dan selanjutnya digantikan KH Abdurrahman Wahid. Pada pergantian selanjutnya dari KH Abdurahman Wahid ke Megawati juga diiringi isu Bulog.
Sedangkan tahun 2004, saat pergantian Megawati ke Susilo Bambang Yudhoyono, suasananya cukup kondusif. Namun sejak tahun 2014, suasana kembali memanas dan memecah dua kelompok besar pendukung. Dua kelompok ini mencapai klimaks perseteruannya di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Sehingga suasana kembali meruncing dan lebih keras.
"Pertarungan Pilpres 2019 tak beda jauh dengan Pilpres 2014 dan Pilkada Jakarta 2017. Saya harap kita semua bisa menjaga diri masing-masing. Pendukung kedua belah pihak harus menjaga lisan dan jarinya supaya tidak mengetik kalimat yang menarik emosi, yang membuat kondisi semakin suram," ungkap Gus Sholah, sapaan akarabnya.
Ia meminta semua masyarakat untuk menjaga negara Indonesia. Katanya, Indonesia punya masa depan yang cerah. Oleh karena itu, negara harus dibangun di atas sikap persatuan dan kesatuan.
"Sampaikan kepada siapapun agar menjaga Indonesia. Negara kita adalah negara baik. Punya masa depan cerah. Kita tentu tidak ingin masa depan ini hilang. Oleh karena itu jangan rusak hanya karena kepentingan sesaat," tandasnya.
Seminar tersebut dihadiri oleh Yudi Latief, Ketua Pusat Kajian KH Hasyim Asy'ari, Mif Rohim, Kapolda Jawa Timur, Lucky Hermawan, dan undangan lainnya (Syarif Abdurrahman/Aryudi AR)