Survei: MBG Program Paling Diingat, tapi Tak Kurangi Beban Ekonomi Masyarakat
Kamis, 21 Agustus 2025 | 17:30 WIB

Direktur Eksekutif Indonesian Social Survey (ISS) Whinda Yustisia saat menyampaikan hasil survei nasional lembaganya di Aone Hotel Wahid Hasyim, Jakarta, Kamis (21/8/2025). (Foto: NU Online/Syakir)
Jakarta, NU Online
Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi program pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka yang paling diingat masyarakat. Meskipun demikian, program ini justru dinilai mereka tidak mengurangi beban ekonomi.
Hal demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Indonesian Social Survey (ISS) Whinda Yustisia saat menyampaikan hasil survei nasional lembaganya di Aone Hotel Wahid Hasyim, Jakarta, Kamis (21/8/2025).
"Program MBG paling diingat masyarakat," ujarnya.
Hasil survei yang dilakukan lembaganya menunjukkan bahwa 89 persen menjawab MBG ketika diberikan pertanyaan terbuka terkait program pemerintahan. Sementara saat diberikan pertanyaan tertutup, ada 67 persen yang menjawab MBG.
"Mendapatkan atensi publik yang sangat besar sekali," lanjut perempuan yang menamatkan studi doktoral bidang psikologi di Universitas Loyola Chicago, Amerika Serikat itu.
Meskipun demikian, Whinda menyebut bahwa sebagian besar masyarakat mengkhawatirkan akan program tersebut. Pasalnya, banyak terjadi peristiwa keracunan. Pun soal akuntabilitas anggaran juga menjadi salah satu faktor kekhawatiran.
"Implementasi dirasa belum sempurna," kata pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu.
Data survei juga menunjukkan bahwa secara umum, MBG dianggap bermanfaat bagi penerima dengan persentase 64 persen. Bahkan 13 persen menyebutnya sangat bermanfaat. Meskipun demikian, MBG tidak memberikan dampak pada pengurangan beban ekonomi harian masyarakat.
"Meskipun MBG secara umum dianggap bermanfaat bagi penerima, namun sebagian besar responden penerima merasa MBG kurang membantu mengurangi beban harian rumah tangga karena tidak menghentikan pengeluaran lainnya," katanya.
Data survei menunjukkan bahwa 79 persen responden tidak menerima manfaat MBG. Sementara dari sisi ekonomi, 26 persen merasa MBG tidak membantu sama sekali untuk mengurangi beban pengeluaran harian.
Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Kantor Kepresidenan Fithra Faisal menyampaikan bahwa MBG berdampak langsung terhadap ekonomi karena mengurangi pengeluaran konsumsi makanan.
"Setidaknya mengurangi uang jajan. Tidak perlu belanja makan siang," katanya.
MBG juga, menurutnya, tidak fokus dalam jangka pendek, tetapi meningkatkan dampak jangka panjang. "Tidak ada program sempurna. Meminimalisir eror," pungkas Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia itu.