Nasional

Soal Beda Pendapat, Rais Syuriyah PBNU: Rendah Hati dan Jangan Menghinakan

Kamis, 3 Maret 2016 | 04:57 WIB

Soal Beda Pendapat, Rais Syuriyah PBNU: Rendah Hati dan Jangan Menghinakan

KH Ahmad Ishomuddin bersama KH Afifuddin Muhajir sedang mendiskusikan kitab Fath al-Mujib al-Qarib

Pringsewu, NU Online
Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin menjelaskan bahwa Indonesia merupakan negara paling majemuk dilihat dari berbagai aspek, baik suku, ras dan agama. Menurutnya, kemajemukan ini bila tidak dijaga dengan baik akan mengoyak keutuhan NKRI dan mencabik kemaslahatan hidup berbangsa dan bernegara.

"Keragaman agama dan penafsirannya, misalnya, oleh umat seagama atau berbeda agama memerlukan pengakuan dari pihak lain tanpa praktik diskriminasi, dan karenanya membutuhkan sikap toleransi," kata Gus Ishom, sapaan akrabnya, Senin (29/02). 

Gus Ishom menekankan bahwa keragaman yang bersifat tetap dan tidak mungkin bisa diubah seperti warna kulit dan suku mestilah dimaklumi dan jangan dipersoalkan, apalagi dijadikan sebagai titik api permusuhan.

"Perbedaan pendapat yang bersifat tidak tetap dan mungkin bisa berubah atau berpotensi konflik, penting untuk didialogkan untuk mencapai titik temu atau sepakat dalam tetap berbeda dengan fokus kepada apa isi pembicaraannya, bukan pada siapa yang mengatakannya," katanya.

Dengan demikian lanjutnya, upaya untuk mendekati kebenaran yang bersifat relatif akan tetap berlangsung lebih objektif. "Boleh jadi, suatu musyawarah/dialog tentang persoalan yang disengketakan berujung kepada terbuktinya adanya kekeliruan yang tak terbantahkan pada salah satu pihak. Pada kondisi seperti ini diperlukan kerendahan hati untuk menyadari dan segera memperbaiki kesalahannya sendiri," terangnya.

Gus Ishom menambahkan, koreksi atau kritik atas apa yang diyakini kebenarannya secara sepihak bisa dilakukan oleh diri sendiri (otokritik) atau terbuka menerima kritik dari pihak lain yang berbeda. "Nasehat dan kritik yang konstruktif dari orang atau pihak lain selalu diperlukan dalam upaya mencapai tujuan kemaslahatan bersama," ujarnya.

Menurut kiai muda kelahiaran Pringsewu ini, untuk mewujudkan kemaslahatan dan menjaga keutuhan persaudaraan sesama manusia maka dalam hal-hal yang tidak prinsipil ada pihak yang perlu mengalah tanpa menghinakan.

"Setiap orang idealnya harus mau belajar menerima dan mengakui kelebihan pihak lain, meskipun dari orang yang berbeda agama, bahkan tidak mengapa jika ia membuka diri untuk belajar kebajikan dan apa saja yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dari mereka," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Zunus)


Terkait