Jakarta, NU Online
Seribu anak jalanan mengikuti Pesantren Ramadhan selama lima hari dari Selasa, (7/8) hingga Ahad, (12/8), bertempat di halaman masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. <>
Menurut Zakki Zulhazmi, salah seorang panitia, seribu anak jalanan tersebut berasal dari Jakarta, Depok, Tangerang, dan Ciputat. Mereka berkumpul di tempat tersebut melalui jaringan PMII Komisariat Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang sudah 14 tahun menyelenggarkan kegiatan tersebut.
Pesantren Ramadhan ini, sambung Zakki, menerapkan konsep membawa anak jalanan dalam proses ber-Islam yang menyentuh kehidupan mereka; seperti solidaritas, kebersamaan, semangat hidup dan serta mendorong untuk belajar dari kehidupan
“Materi yang disampaikan dengan komposisi 70 persen hiburan, sorak-sorai bergembira, karena itulah sebenarnya yang mereka butuhkan. Bukan materi-materi ajar seperti di pendidikan formal,” ujarnya.
Zakki menambahkan, memang ada beberapa materi yang akan disampaikan seperti memahami rukun iman dan Islam, baca tulis Al-Quran, menghafal bacaan-bacaan shalat dan doa sehari-hari, juga sejarah kebudayaan Islam.
“Salah satu sejarah yang disampaikan adalah perjuangan Walisongo dalam mengajarkan, menyebarkan Islam rahmatan lilalamin, Islam yang ramah, Islam Indonesia yang Ahlus Sunah Waljamaah,” ujarnya.
Metode penyampainnya, sambung Zakki, adalah berkisah atau mendongeng, “Metode ini sangat kena bagi mereka,” tambahnya.
Rahmat Afandi Ardyansyah, salah seorang anak yang turut kegiatan tersebut, mengaku senang dengan metode demikian. Ia juga kerasan berkumpul bersama teman-teman sebaya yang baru dikenalnya. Karena itulah, untuk kedua kalinya, ia mengikuti kegiatan tersebut.
“Saya masih ingat kisah Nabi Nuh yang disampaikan tahun kemarin. Tentang perahu dan banjir,” ujarnya sambil tersenyum.
Seperti tahun kemarin, anak yang biasa disapa Andi ini, mengukuti Pesantren Ramadhan karena diberi tahu Yayasan Kurnia, sebuah lembaga yang membina anak jalanan di Jakarta Timur, dekat tempat tinggalnya.
Andi adalah anak putus sekolah ketika duduk di bangku kelas lima di SDN 07 Kampung Dukuh, Jakarta Timur. Asal-usulnya dari kebiasaan kerap bolos, “Kemudian saya dimarahi guru. Ia mengatakan,‘kalau kamu bolos lagi, kamu akan distrap’. Ya sudah akhirnya saya nggak masuk terus,” jelasnya.
Kegiatan sehari-hari anak berusia 13 tahun tersebut adalah mengamen. Sehari mendapat uang 20 ribu. “Kemudian dibagi dua dengan mama. Sepuluh ribu untuk saya. Bisanya untuk jajan dan main di warnet,” katanya.
Pesantren Ramadhan bertema Damainya Islam, Indahnya Ramadhan tersebut, terselenggara atas kerjasama Lembaga Amil Zakat Infaq dan Sadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU), PMII Komfakda, dan berbagai pihak di antaranya Yayasan Dian Nanda Nusantara yang diasuh Roostien Ilyas, serta para donatur.
Redaktur: Mukafi Niam
Penulis : Abdullah Alawi