Ramah Difabel, Lakpesdam PBNU Dorong Sinergi Lintas Direktorat dan Lembaga Pendidikan
Sabtu, 21 Juli 2018 | 16:30 WIB
Lakpesdam PBNU menstimulasi sejumlah lembaga negara dan lembaga yang dikelola masyarakat untuk menciptakan situasi ramah difabel sesuai dengan kapasitas dan porsinya masing-masing. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia NU ini memandang perlunya sinergi antarlembaga tersebut.
Demikian disampaikan pengurus Lakpesdam PBNU Abi S Nugroho dalam Workshop Kepustakaan Islam Bagi Penyandang Disabilitas Netra yang difasilitasi Bimas Islam Kementerian Agama di Hotel Sotis, Jakarta, Jumat (20/7).
“Kami dari lakpesdam PBNU berupaya mendorong upaya ramah kelompok difabel kepada publik. Yang dilakukan seperti kuota PAI di sekolah sudah cukup. Ini tidak hanya dilakukan Bimas Islam Kemenag RI, tetapi juga dirjen lainnya,” kata Abi di hadapan forum.
Pada acara yang berlangsung pada Kamis-Sabtu (19-21/7) ini dan dihadiri oleh puluhan penyandang disabilitas netra, Abi menambahkan pentingnya kerja terpadu dalam layanan inklusi baik dalam soal pendidikan, infrasturktur, maupun soal ibadah.
“Tetapi upaya ini perlu didorong untuk Dirjen Haji Kemenag RI agar ramah kepada jamaah difabel. Kita juga mendorong fiqih difabel untuk dikaji di pesantren dan majelis taklim,” kata Abi S Nugroho.
Ia mengatakan bahwa Kementerian Pekerjaan Umum memiliki peran strategis dalam soal inklusi.
“Kementerian PU juga bertanggung jawab atas pelayanan ramah difabel dalam hal infrastruktur,” kata Abi S Nugroho kepada NU Online.
Sekretaris Ditjen Bimas H Tarmizi mengatakan bahwa setiap kelembagaan negara mempunyai postur untuk pembinaan terhadap penyandang disabilitas. Pasalnya, layanan negara yang bersifat inklusi menjadi semangat bersama.
“Tetapi memang Kemensos yang paling bertanggung jawab untuk masalah ini. Kami berharap kepustakaan Islam ini mengomunikasikan dengan dirjen lain di Kementerian Agama,” kata Tarmizi.
Pada Workshop Kepustakaan Islam ini, Bimas Islam Kementerian Agama juga memberikan bimbingan praktis membaca Al-Quran Braille bagi sedikitnya 50 penyandang disabilitas netra. Pelatihan ini dipandu oleh Ustadz Furqon Hidayat dari Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI). (Alhafiz K)