Nasional

Radikalisme dan Terorisme Masih Sasar Pelajar dan Anak Muda

Jumat, 15 April 2016 | 13:01 WIB

Jakarta, NU Online
Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) bekerja sama dengan Pusat Kebudayaan Amerika, @america menggelar bincang (talkshow) tentang kepemudaan bertema Youth: Terorism and Tolerance, Kamis (14/4), di @america Lantai 3 Pasific Place Mall, Jakarta.

Sekretaris Umum PP IPPNU Eva Rosdiana Dewi mengungkapkan betapa pentingnya kegiatan ini untuk segera dilaksanakan mengingat masih menyasar kalangan pelajar dan kondisi generasi muda saat ini semakin didominasi paham radikal yang mengancam keutuhan dan keamanan bangsa.

Kegiatan ini dihadiri sejumlah pakar yang ahli di bidang kajian dan analisis radikalisme dan terorisme yang memberikan berbagai perspektif yang relevan untuk remaja.

Mustasyar PBNU KH As'ad Said Ali yang hadir sebagai narasumber menjelaskan berbagai analisis komprehensif untuk membangun pemahaman agama yang toleran.

"Agama berfungsi sebagai basis moral terwujudnya ketertiban sosial, disamping budaya atau tradisi yang menjadi basis etika. Begitu pula primordialisme harus dikelola diantara pemeluk sesama agama dengan mengembangkan tenggang rasa dan saling menghargai dan hal itu merupakan wilayah privat," kata Kepala Badan Intelejen Nasional periode 2001-2009 itu.

Muhammad Luthfi Zuhdi pakar Analisis Terorisme Universitas Indonesia (UI) memaparkan bahwa permasalahan terorisme berkaitan dengan radikalisme. Saat ini remaja menjadi sasaran penyebaran paham tersebut mengingat remaja merupakan generasi yang mampu memanfaatkan teknologi informasi. 

"Diperlukan usaha pembentangan terhadap remaja karena remaja yang akan meneruskan perjuangan bangsa," paparnya.

Kombes Pol Rikwanto dalam penjelasannya menekankan pada sasaran paham radikal yang fokus pada aktivis. Karena aktivis merupakan penggerak sosial yang  dapat dilatih untuk menyebarkan paham radikal dan terorisme.

Ima Sri Rahmani pakar Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di sela-sela diskusi memaparkan bahwa radikalisme dan terorisme saat ini sering terjadi karena peran guru yang belum komprehensif untuk mengajak siswa berpikir rasional.

"Tentunya, generasi muda tidak pernah diajak berpikir kritis dan rasional, sehingga dalam mengahadapi radikalisme dan terorisme mereka berpikir terlalu dini," pungkasnya. (Afifah Marwa/Fathoni)



Terkait