Jakarta, NU Online
Pupujian adalah semacam syi`iran yang biasa dilantunkan jelang atau usai adzan dikumandangkan. Namun pupujian sering dikumandangkan sebelum shalat berjama‘ah. Secara substantif, pupujian mengandung ajaran-ajaran atau nilai-nilai keislaman seperti ajaran fiqh dan tauhid.
<>
Pupujian ini bisa dikatakan sebagai sarana untuk mempermudah hafalan ajaran Islam. Salah satunya adalah pupujian tentang rukun iman yang sudah dilantunkan generasi dahulu. Hal ini dapat kita lihat dari manuskrip yang ada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Di sana kita dapat menemukan sebuah manuskrip yang berjudul Ijeu Kitab Pupujian (ini kitab pupujian).
Seorang peneliti pesantren Ahmad Baso mengatakan bahwa usia dari kitab aslinya Ijeu Kitab Pupujian ini diprediksi sudah ratusan tahun.
“Itu sudah huruf latin, berarti sudah ditulis ulang sama orang Belanda, pasti ada yang aslinya, menggunakan Arab Pegon,” terangnya saat dimintai pendapat mengenai manuskrip itu di Pesantren Ats-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (19/10).
Ahmad Baso pun berharap kalangan pesantren mampu memelihara warisan luluhur Islam Nusantara. Karena, menurutnya Islam Nusantara bukanlah “Islam Pinggiran”. Lebih dari itu Islam Nusantara pun pernah mendunia khususnya saat ulama-ulama Jawi yang dahulu pernah mengajar di Mekkah.
Mereka, lanjut Ahmad, memperkenalkan Islam Nusantara ini kepada murid-muridnya yang berasal dari berbagai belahan dunia. Di antara yang pernah disampaikan di sana adalah ‘Imsak’ dan ‘Halal Bihalal’. ‘Imsak’ dan ‘Halal Bihalal’ ini merupakan ajaran Islam Nusantara. Karena, di lain negara tidak ada dua istilah itu. (Aiz Luthfi/Alhafiz K)