Nasional

Praktik Politik Pragmatisme Rusak Kemandirian Warga

Jumat, 10 Mei 2013 | 07:30 WIB

Jakarta, NU Online
Praktik politik pragmatisme berkecenderungan merusak jiwa kemandirian warga. Praktik seperti ini memupuk secara perlahan sebuah mental ketergantungan yang justru melemahkan warga itu sendiri.
<>
Selain ketergantungan, pragmatisme politik membentuk mental individualistis. Warga saling bersaing bagi kelompok maupun pribadi masing-masing dalam memperebutkan akses ekonomi dan politik meski ditempuh dengan cara yang tidak sehat.

Bantuan langsung tunai dan praktik suap menjadi sejumlah bentuk pragmatisme politik yang kini dianggap lazim oleh kalangan politikus.

Wakil Ketua Umum PBNU KH Asad Said Ali menyampaikan perihal itu dalam forum diskusi lingkar muda NU yang diselenggarakan di Gedung PBNU lantai lima, Jalan Kramat Raya nomor 164, Jakarta Pusat, Rabu (8/5) sore.

Menurut KH Asad Said Ali, kemandirian warga Indonesia sudah terbina selama ratusan tahun dalam bentuk gotong royong. Mereka sudah terbiasa menyelesaikan segala aspek kehidupan secara bersama-sama.

“Kalau sebagian orang bilang ‘Gotong royong sudah tidak ada di Indonesia,’ maka ungkapan itu sangat keliru. Gotong royong bukan sudah tidak ada, tetapi dihancurkan oleh praktik pragmatisme politik itu sendiri,” tegas KH Asad Said Ali.

Di hadapan sedikitnya 17 anak muda NU, KH Asad Said Ali mengatakan semangat gotong royong itu menginspirasi para pendiri bangsa dalam merumuskan nilai-nilai dalam Pancasila.


Penulis: Alhafiz Kurniawan


Terkait