Nasional

Pengembangan Produk Halal dan Wisata Syariah Perlu Digarap Lebih Serius

Kamis, 31 Maret 2016 | 22:03 WIB

Semarang, NU Online
Jumlah muslim di dunia saat ini mencapai tidak kurang dari 2 milyar. Dengan kuantitas itu tidak ayal masyarakat muslim merupakan pasar potensial khususnya dalam pengembangan produk halal dan wisata syariah. Bagaimanapun kebutuhan untuk memiliki rasa nyaman dalam mengonsumsi makanan dan perjalanan yang syar'i  adalah dambaan yang tidak saja untuk memenuhi kebutuhan fisik tetapi juga perwujudan nilai-nilai keislaman.

Demikian diutarakan Ketua Tim Percepatan Pengembangan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata Republik Indonesia Riyanto Sofyan dalam pembukaan Seminar Internasional bertajuk "The Role of Islamic Higher Education on Development of Halal System and Sharia Tourism in Indonesia" di Auditorium I UIN Walisongo Semarang, Kamis (31/3).

Dalam seminar yang diselenggarakan Program Pascasarjana UIN Walisongo ini, Riyanto menyatakan bahwa bisnis dalam kaitannya dengan produk halal dan wisata syariah memiliki potensi yang besar. "GDP (Gross Domestic Product) dari negara-negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Kerjasama Islam) saja sebesar 9,8 triliyun dolar," ungkapnya. 

Dengan pendapatan sebesar itu, lanjut Riyanto, produk halal dan wisata syariah saat ini tidak hanya menjadi perhatian bagi negara-negara mayoritas berpenduduk muslim, tetapi juga negara-negara seperti Jepang, Thailand, Korea Selatan, dan beberapa negara Eropa. Negara-negara ini saling bersaing dan berebut menggarap pasar. Tentunya hal tersebut menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia. "Kami masih minim promosi. Karena itu inisiasi seminar internasional Pascasarjana UIN Walisongo sangat kami apresiasi," imbuhnya. 

Menurut Direktur Pascasarjana UIN Walisongo, Ahmad Rofiq pemerintah memang telah menerbitkan Undang-undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, tetapi UU ini belum memiliki peraturan yang mengatur lebih teknis seperti Peraturan Pemerintah atau hingga terbentuknya badan tertentu. Sehingga perlu berkontribusi dalam pengembangan produk halal dan juga wisata syariah. "Perguruan tinggi perlu mendorong bagaimana caranya agar masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya produk halal dan wisata yang syar'i. Ini butuh keseriusan," tutur Guru Besar bidang Hukum Islam ini. 

Dalam kesempatan yang sama Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan UIN Walisongo, Imam Taufiq menyatakan, beberapa program studi di UIN Walisongo sangat potensial untuk melahirkan kajian dan penelitian yang tepat guna untuk mendukung produk halal dan wisata syariah. "Prodi-prodi seperti Kimia, Gizi dan Kesehatan misalnya, tentu akan tepat dalam persoalan ini," terangnya saat membuka acara seminar. Hal ini selaras dengan visi UIN Walisongo yang berpedoman pada paradigma kesatuan ilmu (unity of sciences) untuk kemanusiaan dan peradaban. 

Sementara itu hadir sebagai pembicara dalam seminar internasional Pascasarjana UIN Walisongo ini adalah Irwandi Jaswir dari International Islamic University Malaysia (IIUM Malaysia), Asrorun Ni'am Sholeh (MUI) Lukmanul Hakim (Direktur LPPOM MUI-President of World Halal Food Council), dan Achmad Gunaryo selaku Kepala Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Agama. (Red-Zunus) 


Terkait