Nasional

Pendekar Pagar Nusa yang Pandai Bersyair itu Wafat

Senin, 13 Februari 2017 | 10:06 WIB

Pendekar Pagar Nusa yang Pandai Bersyair itu Wafat

Abah Bagiyono (tengah) pada sebuah kegiatan

Banyuwangi, NU Online
KH Mas Syaifullah Ali Bagiyono dikenal sebagai salah seorang yang membidani lahirnya Pencak Silat NU Pagar Nusa. Tak hanya itu, ia juga berperan sebagai orang menyebarkannya hingga ke seluruh Indonesia. 

Bersama 19 tokoh lainnya, pengasuh Jamiyah Tauhid Al-Hikam, Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur, ini diangkat sebagai Dewan Khos Pagar Nusa sejak Muktamar NU di Lirboyo tahun 1999. 

Perannya di pencak silat NU tersebut, Abah Bagiyono—panggilan akrabnya—juga merupakan peramu jurus Asmaul Husna dan jurus bela diri untuk anak anak. Tak hanya dalam olah beladiri, ia juga berbakat menulis sejak remaja. Sebagian besar tulisannya adalah syair dan kajian tasawuf.

Sebagai pendekar dan penulis, ia mampu meramu jurus dengan menggambarkan sifatul huruf, merangkai gerakan-gerakan silat hingga menjadi kalimah dan mendasarinya dengan ayat, sehingga serangkaian jurus tersebut adalah tafsir dari sebuah ayat yang terejawantah menjadi jurus.

Berikut di antara syairnya:  

aku punya waktu untuk Allah
yang tiada kuabaikan selamanya
dan aku punya waktu untuk bermain
dan bersenda gurau

tanganku adalah penuh dengannya
"....Kemudian jadilah Ia...."
dengan menyebut Nama Tuhanku
sedangkan ia dihilangkan dari-Nya

sesungguhnya perkara Tuhan
di mana manusia berbeda-beda
ada yang mengajak kesesatan
ada pula yang menunjukkan kebenaran

Syair-syair Abah Bagiyono tercipta dalam dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Osing. Kebanyakan berkisah tentang ketauhidan, gambaran cinta kepada Allah SWT. 

Abah Bagiyono lebih memilih dakwah bi hikmah dengan seni budaya, mengajarkan ketauhidan dengan lagu, mengajak santri-santrinya berkolaborasi menciptakan, mengaransemen syair-syair tersebut sesuai dengan karakter dalam berbagai genre musik.

Syiarnya sangat kental dengan seni budaya. Cara yang ditempuh para wali adalah syiar yang sempurna, demikian kerap kali ia ucapkan kepada santri-santrinya.

Dakwah Abah Bagiyono, tidak sebatas melalui tulisan, syair, dan jurus silat. Jamiyah Tauhid Al-Hikam yang dipimpin Abah Bagiyono, bersama Komunitas Al-Antik, bahu membahu membangun masjid di tengah Alas Purwo yang sebelumnya terkenal wingit dan jarang dijamah manusia kebanyakan. 

Abah Bagiyono, yang juga dikenal sosok humoris itu lahir di Banyuwangi, 10 Oktober 1960. Ia meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Kartini Surabaya dan Magister Hukum Universitas Widyagama Malang. 

Pada saat meninggal pada Ahad 5 Februari 2017, NU Online datang ke rumah duka. Para santri berdatangan dari berbagai kota, ikut mengirim doa untuk Abah Bagiyono.

Selamat jalan Abah Bagiyono, pendekar Pagar Nusa yang pandai bersyair. (Kendi Setiawan/Abdullah Alawi)



Terkait