Pemerintah Klaim Industri Indonesia Tetap Tumbuh di Tengah Gejolak Global
Senin, 4 Agustus 2025 | 07:00 WIB
Jakarta, NU Online
Kinerja sektor industri manufaktur Indonesia pada Juli 2025 menunjukkan ketahanan yang kuat di tengah tekanan global. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat sektor ini tetap berada dalam zona ekspansi, didorong oleh permintaan domestik yang solid dan kebijakan pro-industri yang konsisten dari pemerintah.
Sebanyak 77,1 persen pelaku industri melaporkan kondisi usahanya membaik atau stabil. Dari jumlah itu, 31,2 persen mengaku mengalami perbaikan (meski sedikit menurun dari bulan sebelumnya), sementara 45,9 persen menyatakan kondisi tetap stabil.
Optimisme terhadap kondisi usaha dalam enam bulan ke depan juga meningkat, dari 65,8 persen pada Juni menjadi 67,6 persen di Juli 2025. Adapun pelaku industri yang menyatakan pesimisme menurun menjadi 7,1 persen dari sebelumnya 9,0 persen.
“Optimisme ini didorong oleh kebijakan pemerintah yang konsisten mendukung industri dalam negeri, seperti perpanjangan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) dan penguatan TKDN,” ungkap Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif dalam Konferensi Pers Rilis IKI Juli 2025 dikutip NU Online pada Senin (4/8/2025) melalui kanal YouTube Kemenperin.
Kemenperin menyoroti subsektor industri alat angkutan lainnya mengalami pertumbuhan positif, didorong oleh peningkatan pesanan dari luar negeri. Salah satu pemicunya adalah permintaan ekspor untuk kapal laut dan gerbong kereta api ke Selandia Baru.
Subsektor industri pengolahan tembakau juga mencatat lonjakan, khususnya akibat kenaikan permintaan ekspor ke Amerika Serikat. Permintaan ini diperkirakan sebagai bentuk antisipasi pelaku usaha terhadap rencana pemberlakuan tarif impor baru dari pemerintahan Trump.
Sementara itu, industri kulit dan alas kaki mulai kembali menunjukkan ekspansi, didorong oleh dua faktor utama yaitu meningkatnya pesanan ekspor menjelang tarif baru AS dan masuknya investasi baru ke Jawa Tengah.
Namun tidak semua subsektor menunjukkan kinerja positif. Industri jasa reparasi dan perawatan, khususnya KBLI 33, masih mengalami pelemahan di seluruh indikator utama: pesanan, produksi, dan persediaan.
Febri menjelaskan bahwa kondisi ini dipengaruhi oleh faktor musiman dalam pengadaan barang dan jasa serta lesunya aktivitas perawatan di sektor otomotif maupun perkapalan.
"Subsektor KBLI 33 mengalami kontraksi pada seluruh variabel, yaitu pesanan, produksi, dan persediaan, yang dipengaruhi oleh faktor musiman pengadaan barang dan jasa serta masih lesunya aktivitas jasa reparasi dan perawatan industri otomotif maupun kapal," jelas Febri.
Menanggapi tekanan akibat kebijakan perdagangan internasional, terutama dari tarif resiprokal AS, Kemenperin terus memperkuat proteksi industri dalam negeri. Salah satu langkah konkret adalah penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pembatasan impor secara selektif.
"Kami terus berkoordinasi dengan kementerian lain untuk memperkuat kebijakan pembatasan impor, seperti deregulasi impor melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 16 sampai 24 Tahun 2025, guna melindungi 19 juta tenaga kerja di sektor manufaktur," tegas Febri.
Selain fokus pada penguatan sektor industri, Kemenperin juga menegaskan dukungan terhadap program prioritas nasional yang tertuang dalam Asta Cita Presiden Prabowo.
Dukungan tersebut mencakup sektor strategis seperti program Makan Bergizi Gratis (MBG), ketahanan energi dan pangan, penyediaan perumahan rakyat, layanan kesehatan gratis, serta penguatan koperasi nasional.
Langkah konkret akan diwujudkan melalui serangkaian program strategis Kemenperin, antara lain hilirisasi berbasis sumber daya alam, penguatan rantai pasok dalam negeri melalui koneksi hulu-hilir, pengembangan teknologi industri ramah lingkungan, serta peningkatan kompetensi sumber daya manusia industri agar mampu bersaing di tingkat global.