Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Farida Farichah mengatakan organisasi yang dipimpinnya merupakan pintu masuk bagi generasi putri Nahdlatul ulama yang kelak akan menjadi tokoh-tokoh perempuan.
<>
Ia berharap IPPNU akan menjadi organisasi yang berkontribusi penting baik sejarah NU dan Indonesia. Hal itu bisa dicapai dengan meneladani kebaikan para pemimpin terdahulu dan memupuk kebaikan pada generasi sekarang.
Di antara yang dilakukan untuk generasi sekarang, kata dia, IPPNU merupakan organisasi garda terdepan dalam memerangi bahaya narkoba. “Sebab itu kejahatan extraordinary,” katanya pada puncak harlah IPPNU ke-60 di gedung PBNU, Jakarta Jumat malam (27/3).
Memerangi narkoba, menurut dia, tidak hanya dilakukan di tingkat pusat, melainkan sampai ke komisariat. Karena itulah pada tahun 2014 IPPNU mendapat penghargaan dari Kemenpora RI sebagai organisasi yang memerangi narkoba. “Hal tersebut kami persembahkan pada harlah ini,” tambahnya.
Ia juga menyebut keaktifan IPPNU menjadi satu-satunya organisasi pelajar yang mengawal Pileg dan Pemilu 2014. “Ketika hari ini pelajar sangat antipolitik, kami cukup bisa membuktikan dalam pengawalan demoorasi,” katanya.
Tak hanya di tingkat nasional, IPPNU juga ikut di kancah internasional seperti di ASEAN. Pada akhir tahun lalu, bersama organisasi-organisasi lain turut menyuarakan Islam Nusantara di Istanbul, Turki. “Karena Islam garis keras sudah menyasar anak muda.” Tugas berat kami, menurutnya, adalah menangkal bahaya radikalisme yang bisa mengikis Islam nusantara.
Hadir pada kesempatan itu Sekretaris Jenderal PBNU H Marsudi Syuhud, Menteri Khofifah Indar Parawansa, Ketua UMUm KNPI Rifai Darus, Ketua Umum IPNU Khoirul Anam Haritsah, dan mantan-mantan Ketua IPPNU. Hadir pula ratusab anggota IPPNU dari Lampung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Jakarta.
Sementara Sekjen PBNU meminta pelajar putri NU untuk bisa mengarahkan para kadernya menjadi generasi yang memiliki tujuan hidup dalam beragama dan bernegara.
Sebagai organisasi di bawah NU, ia meminta kader IPPNU untuk meneruskan berorganisasi ke jenjang Fatayat dan Muslimat. “Di negara lain tidak punya organisasi seperti ini,” katanya.
Negara-negara muslim datang ke PBNU ingin belajar dan mengkaji perangkat organisasi sebagaimana NU. Terbukti adanya organisasi semacam NU bermanfaat bagi negara ini.
Ia berpesan supaya IPPNU jangan terlalu banyak progam tapi tidak tergarap dengan baik. Meski sedikit, tapi dikelola dengan intensif. “Jangan banyak-banyak, tapi kadernya ke depan jadi tokoh semua dan ngurusi negara yang didirikan NU ini,” pungkasnya. (Abdullah Alawi)